Semua orang tau klo do'a itu adalah permohonan atau permintaan yang disampaikan kepada Tuhan. Semua orang juga tau klo minta itu gak boleh maksa. Semua orang juga tau klo do'a itu harus sungguh-sungguh, khusyu', penuh pengharapan.
Guru-guru Agama, ustadz-ustadz, ulama-ulama, pasti sering menyampaikan hal ini. Dan kita sebagai kaum yang awam tentunya menjadikan mereka sebagai tauladan, yang memberikan contoh praktis tentang berdo'a.
Apakah itu terjadi? Aok ach gelap.
Realita pembaca do'a pada umumnya terdengar seperti orang yang berkumur.
Contohnya gini (Do'a Selamat):
Pambaca : "Allahumma innanas-aluka salamatan fiddin, wa'awifiatan fil jasadi, wa @#$&!*^?€£¥ rizki."
Jama'ah : "Amin"
Pembaca : "Wataubatan qablal maut, wa €£₩¥$@#&!*& hisab."
Jama'ah : "Amin"
Pambaca : "Allahumma innanas-aluka salamatan fiddin, wa'awifiatan fil jasadi, wa @#$&!*^?€£¥ rizki."
Jama'ah : "Amin"
Pembaca : "Wataubatan qablal maut, wa €£₩¥$@#&!*& hisab."
Jama'ah : "Amin"
Percaya deh sebagian besar jama'ah tu gak tau do'a yang dibaca tu seperti apa. Yang diperhatikan oleh jama'ah tu adalah kapan harus bilang "Amin". Pernah ngerasa gak kamu? Hayo ngaku.
Kadang kala do'a itu dibaca dalam satu nafas, jadi dibaca cepat. Selain pembaca, pasti gak ada yang tau apa yang sedang diucapkan oleh si pembaca do'a. Saya saja pernah punya pengalaman mengarahkan telinga ke arah pembaca do'a untuk mengetahui do'a apa yang sedang dibaca, paling tidak untuk mengetahui kapan dia berhenti supaya saya bisa bilang "Amin".
Klo gak percaya coba aja perhatikan ketika sholat jum'at, ketika tahlilan, sholat tarawih, dll. Baca do'anya pasti gak jelas, seperti orang yang puasa cuma diawal dan akhir bulan ramadhan. Awal jelas, tengah kaset kusut, akhir jelas. Lanjut dengan "Amin".
Saya terkadang merasa lucu sendiri ketika mendengar orang baca do'anya seperti orang berkumur itu. Dan orang tersebut kebanyakan dihormati oleh masyarakat. Kenapa lucu?
Sewaktu kuliah dulu sering ngumpul di lab dan musholla. Dan ketika ngumpul itu sering bahas hal-hal yang mungkin terasa tabu untuk dibahas. Termasuk membahas cara baca do'a berkumur itu.
Saya dulu pernah berpikir klo bisa jadi pembaca do'a itu adalah sesuatu yang KEREN. Yang pasti klo ad orang selamatan, makanan itu pasti lebih banyak di dekat pembaca do'a. Saya biasanya duduk dekat yang baca do'a. Hahaha...
Saya pernah punya pengalaman di hari raya Idul Fitri, setelah pulang dari sholat Ied di masjid, ada undangan selamatan di rumah tetangga. Memang sudah jadi kebiasaan masyarakat (yang saya tau di kampung saya) pada hari raya itu mengadakan selamatan sebagai bentuk syukur di hari kemenangan.
Undangannya pun disampaikan secara lisan, dengan kata pamungkas : "wayah ini jua lah" (bahasa banjar artinya sekarang juga) dan "behabis" (bahasa kutai artinya semua orang yang ada di rumah tersebut di undang).
Pada saat itu saya dapat wanti-wanti dari mama, katanya "guru Safuan pergi ke undangan di seberang, guru Saleh belum pulang dari kampung sebelah, dan Abah ke undangan di RT sebelah, gak ada lagi yang biasa baca do'a selain kamu". Dan ternyata benar, setelah para undangan sudah berkumpul, dan saya masih bercanda dengan teman-teman.
Ada salah seorang perwakilan tuan rumah mendekati tempat duduk saya dan dengan lirih dia bilang "Minta tolong bacakan do'a Arwah, Haul Jama' dan do'a Selamat Tolak Bala lah" sembari menyerahkan selembar kertas yang berisi nama Fulan Bin Fulan. Dengan senyum heran saya pandang sekeliling, dan semua melihat saya. Waduh...
Yang lucunya adalah sikap cengengesan langsung berubah menjadi sok dewasa karena yang dihadapi adalah para tetua. Bagaimanakah cara saya membaca do'a? Yang pasti sesuai dengan yang dicontohkan oleh guru. Hehehe
Jadi, klo diminta baca do'a itu gak perlu khawatir. Gak perlu bilang "saya gak hafal". Cukup tau awal dan akhir do'a, itu sudah cukup. Yang penting itu bisa memberi kode kepada jama'ah, supaya jama'ah bisa bilang "Amin".
Sedikit kesimpulan disini adalah Baca Do'a dengan Berdo'a tu memang beda.
No comments:
Post a Comment