NEWS

Friday, January 31, 2014

Tuhan VS Ada



Hari kamis tanggal 23 januari 2014 sekitar pukul 20.00 WITA diadakan agenda rutin yasinan dan tausiyah di secretariat HMI Cabang Samarinda. Namun sangat disayangkan terpaksa dibatalkan karena tidak adanya undangan yang datang.  Jadi agenda tersebut dirubah menjadi diskusi-diskusi ringan ala anggota HMI.

Pola diskusi yang sering digunakan oleh anak-anak HMI adalah pola random. Jadi topik yang dibicarakan bisa mendadak berganti walaupun topik itu belum selesai dibahas. Pada mulanya membahas tentang politik, terus tentang kemajuan organisasi, gosip, sampai-sampai ada yang menguji hafalan Al-Qur’an. Yah, itulah anak-anak HMI, semua bisa jadi benar tergantung bagaimana dia bisa merasionalisasikan sesuatu itu.

Seorang teman coba melemparkan sebuah pertanyaan yang dia dapat dari adiknya, katanya dia tidak bisa menjawab. Sebuah pertanyaan yang sederhana tapi sangat mendasar. Lebih dulu mana antara “Ada” dan “Tuhan”? kalau “Ada” lebih dulu dari “Tuhan” maka lebih baik kata-kata “Tuhan” yang ada di dalam Al-Qur’an diganti saja dengan kata “Ada”.

Seketika setelah mendengar pertanyaan itu saya langsung teringat dengan pertanyaan “lebih duluan mana antara telur dan ayam?”. Mau ketawa takut hilang konsentrasi. Tapi ekspresi mukanya sangat serius ketika menyampaikan pertanyaan tersebut, tentunya harus memposisikan diri untuk serius juga (menghargai. Hehe).

Memang wajar kalau orang setelah mengikuti Basic Training di HMI sebagian besar pasti akan mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak seperti biasanya, pertanyaan yang tidak terduga, terkesan aneh, jarang terdengar atau bahkan baru dia yang memikirkan itu. Memang reaksi seperti itulah yang diharapkan HMI untuk kader-kadernya yang baru. Mampu berpikir kritis.

Ketika mengikuti Basic Training calon kader HMI diajarkan bagaimana cara berpikir yang benar. Adanya materi filsafat akan menggugah cara berpikir peserta training sehingga ketika berpikir tidak asal-asalan namun harus mempunyai landasan yang kuat. Tapi tidak jarang ditemukan adanya kader yang kelewat batas dalam memahaminya, ketika setelah selesai mengikuti training timbul perasaan paling hebat.

Ditambah lagi peserta training diberikan materi tentang Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) yang dalam kurun waktu belakangan ini hanya sempat tersampaikan BAB tentang “Dasar-Dasar Kepercayaan”. Dalam BAB ini banyak mengupas tentang bagaimana manusia itu mempunyai kepercayaan, selanjutnya tentang bagaimana kebenaran suatu kepercayaan. Disini akan banyak membahas tentang Tuhan. Ketika membahas tentang Tuhan ini tidak tanggung-tanggung, sampai-sampai ada bahasan tentang perbandingan agama.

Dalam pembahasan tentang agama ini, peserta training mau tidak mau akan tergugah hati dan pikirannya karena pembahasannya akan bersinggungan langsung dengan kepercayaan yang selama ini dianut dan dipertahankan. Setiap peserta pasti akan mempertahankan bahwa agama Islam lah yang paling benar dan agama yang lain itu salah. Yang menjadi kelemahan peserta adalah ketidak-mampuannya menjelaskan tentang kebenaran agama Islam yang dianut. Wajar saja tidak mampu menjelaskan, Islamnya kebanyakan di KTP doank.

Walaupun hanya tentang “Dasar-Dasar Kepercayaan” yang sempat tersampaikan paling tidak bisa membuat kader HMI yang baru mampu untuk memberikan penjelasan dengan rasional tentang agama yang telah dianut selama ini yaitu Islam, minimal telah paham dengan bagaimana sebuah agama itu bisa dikatakan benar.

Kembali ke pertanyaan diatas, Lebih dulu mana antara “Ada” dan “Tuhan”? Kalau diperhatikan pertanyaan ini bisa menjadi jebakan jika kita memilih salah satu diantaranya. Jika kita memilih “Ada” yang lebih dulu maka otomatis “Tuhan” belakangan dan tentunya akan muncul anggapan bahwa “Tuhan” lebih lemah disbanding “Ada”. Begitu pula sebaliknya jika kita memilih “Tuhan” yang lebih dulu maka “Ada” diposisi belakangan dan pasti juga akan memunculkan anggapan bahwa berasal dari ketiadaan. Sedangkan yang kita fahami dalam ajaran Islam bahwa Tuhan (Allah) itu adalah yang awal dan yang akhir.

Tentunya ketika kita mendahulukan salah satu antara “Ada” dan “Tuhan” maka akan berdampak pada kepercayaan kita tentang Tuhan. Bisa jadi kita tidak yakin lagi tentang kekuasaan Tuhan dan malah menganggap Tuhan itu lemah. Sebelum pertanyaan itu dijawab, coba kita kritisi dulu pertanyaan yang aneh ini. kenapa harus ada yang lebih dulu antara “Ada” dan “Tuhan”? Apakah “Ada” dan “Tuhan” itu mempunyai perbedaan? Dimananya?

Coba kita telaah terlebih dahulu pengertian dari kedua kata “Ada” dan “Tuhan” setelah itu baru kita bandingkan. “Ada” merupakan sebuah kata yang menunjukkan hadirnya sesuatu. Sedangkan “Tuhan” merupakan sebuah kata yang menunjukkan kepada suatu realitas tertinggi, sesuatu yang mampu menciptakan segalanya, sesuatu yang maha kuasa, sesuatu yang maha segala-galanya.

Ketika kita mau membandingkan antara “Ada” dan “Tuhan”, maka hasilnya tak lebih hanya antara “Sifat” dan “Subjek” dalam pelajaran bahasa. Jadi “Ada” itu merupakan sifat dari “Tuhan”. Mungkin akan muncul kembali pertanyaan disini, bisakah sifat itu terlepas atau dilepaskan oleh objek? Tentu saja bisa. Siapa bilang tidak. Contohnya sederhana, manusia saja bisa melepaskan sifat malas. Maka sudah pasti Tuhan juga bisa melepaskan sifatnya.

Makin ngawur lagi ini kalau dilanjut. Berarti Tuhan bisa melepaskan sifat “Ada”? Nah, kalau Tuhan melepaskan sifat “Ada” itu selesai sudah alam semesta ini. Seharusnya sih bisa, jika itu terjadi maka Tuhan tidak ada. Hal yang seperti ini jika terus dilanjutkan bisa mengakibatkan syirik nantinya karena kita akan terus mengkritisi Tuhan sampai-sampai Tuhan terkesan sangat lemah dimata kita. Astaghfirullahal’azhim.

Jika kita belajar tentang sifat 20 Tuhan maka ada yang namanya sifat wajib bagi Tuhan dan ada juga sifat mustahil bagi Tuhan. Contohnya Tuhan mempunyai sifat Wujud (Ada) maka mustahil Tuhan tidak ada. Tuhan bersifat Baqa (Kekal) maka mustahil Tuhan bersifat Fana (Tidak Kekal). Dan seterusnya. Materi tentang sifat 20 ini akan kita dapatkan ketika kita belajar ilmu Tasawuf. Materi ini diberikan agar kita mempunyai landasan dalam berpikir tentang Tuhan. Punya prinsif dasar sehingga tidak terjerumus kedalam jurang kesesatan karena berpikir tidak mempunyai aturan.

Ada sebuah pertanyaan yang sepertinya menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai kelemahan. Kita tahu bahwa Tuhan mempunyai sifat Maha Kuasa, berarti tentunya Dia bisa menciptakan Tuhan yang lain? Tapi kok Dia tidak menciptakan Tuhan yang lain? Dia tetap saja sendiri.

Jika orang yang awam atau baru pertama mendapatkan pertanyaan seperti diatas maka pasti akan kebingungan dan mungkin bahkan akan membuat dia ragu dengan Tuhan. Oh, iya ya. Berarti Tuhan tidak mampu menciptakan Tuhan yang lain yang sama seperti Dia. Katanya Maha Kuasa, bisa menciptakan segalanya tapi kok ada yang tidak bisa diciptakannya? Sebuah respon yang wajar bagi orang yang tidak mengetahui.

Tapi jika kita mau untuk berpikir dengan menggunakan prinsif-prinsif yang benar maka sudah tentu kita tidak akan berpikiran yang negatif, apalagi kepada Tuhan. Tuhan mempunyai sifat Wahdaniyah (Maha Esa). Dari sifatnya ini Tuhan tidak menginginkan adanya sesuatu yang bisa menandingi diriNya. Kalau Tuhan tidak menginginkan ada sesuatu yang bisa menandingi diriNya, untuk apa Tuhan menciptakan Tuhan yang lain yang sama seperti diriNya?

Kemudian kita juga tahu bahwa Tuhan bersifat ‘Ilmu (Maha Mengetahui). Tentunya Tuhan sudah tahu kalau di alam semesta ini ada dua kekuasaan maka alam menjadi tidak akan seimbang. Anggap saja di alam semesta ini ada dua Tuhan, lalu yang satu ingin menurunkan hujan dibumi, dan yang satunya tidak ingin menurunkan hujan, kira-kira apa yang terjadi pada bumi? Mungkin bumi akan disiram dengan air hujan seperti semprotan farfum. Turun sebentar, reda sebentar, turun lagi, reda lagi, begitu seterusnya. Jadi ingat lagu Mbah Surip, banguuuunnn tidur lagi. Hahaha. Jadi untuk apa menciptakan Tuhan yang lain kalau akan mengakibatkan ketidak-seimbangan di alam semesta ini?

Tuhan juga mempunyai sifat Iradat (Maha Berkehendak). Seperti yang tercantum didalam surah Yasin (36) ayat 82 yang artinya : Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia Menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya Jadilah maka Jadilah sesuatu itu. Kalau Tuhan berkehendak yang pasti jadi Tuhan yang sama dengan Dia, persis malah, kemampuannya juga bisa sama. Ya itu kalau dia berkehendak. Kalau ternyata saat ini Tuhan tidak menciptakan Tuhan yang sama seperti Dia bukan karena Dia tidak mampu, tetapi karena Dia tidak berkehendak.

Seyogyanyalah kita selalu menambah pengetahuan yang kita miliki agar tidak terjadi yang namanya kesalah-fahaman karena kurangnya pengetahuan. Sehingga kita terhindar dari kesesatan dan dosa syirik karena seringkali  kita beranggapan yang salah tentang Tuhan karena factor kurang pengetahuan.

Marilah kita ulang kembali syahadat kita, karena jangan-jangan seringnya kita berpikir tentang Tuhan mengakibatkan lemahnya keimanan kita kepadaNya. Marilah kita selalu meng-Esa-kan Dia.

Asyhadu An-Lailaha Illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah.
( Aku Bersaksi Bahwasanya Tiada Tuhan Selain Allah, Dan Aku Bersaksi Bahwasanya Muhammad Adalah Utusan Allah )

1 comment:

  1. Subhanallahu, tulisan yang sangat hebat. Terus semangat saudaraku :-)

    ReplyDelete