“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertakwa” (QS. 2:183)
Puasa merupakan suatu jalan bagi umat muslim
untuk bertakwa kepada Allah SWT. Dengan berpuasa umat muslim melatih diri untuk
mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam dirinya. Cara pengendalian diawali
dengan menahan diri untuk makan dan minum pada siang hari. Dari menahan diri
untuk tidak makan dan minum di siang hari ini akan terlihat siapa diantara umat
muslim yang bisa bertahan.
Cuaca panas tenggorokan jadi kering dan
haus. “Enaknya minum yang dingin-dingin
nih” bisikan yang akan kita dengar. Tapi tunggu dulu, belum waktunya untuk
berbuka. Tahan.
Sudah siang. Perut keroncongan. Waktunya
makan. “Patin bakar ditambah dengan sayur
labu cocok disantap nih” lagi-lagi kita mendengar sebuah bisikan. Tapi
tunggu dulu, belum waktunya untuk berbuka. Tahan.
Itulah sedikit dari sekian banyak ujian yang
akan kita alami ketika berpuasa. Masih banyak lagi ‘trik-trik’ yang akan
dilakukan oleh setan untuk menggoda kita. Karena setan tidak akan berhenti
untuk menggoda sampai kita kalah. Setan akan terus melancarkan rayuan manisnya
kepada manusia sampai manusia mengikutinya masuk kedalam neraka di akhirat
kelak.
Rasulullah SAW bersabda : “Apabila bulan Ramadan tiba, pintu-pintu
surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu” (HR.
Bukhari)
Ketika mendengar ada kata-kata “setan-setan dibelenggu” pada hadits
diatas biasanya akan terbayang dibenak kita sesosok makhluk yang tangan dan
kakinya di ikat dengan rantai besi sehingga tidak bisa bergerak sama sekali.
Sehingga dengan perasaan lega kita akan menganggap didalam bulan Ramadhan kita
tidak akan diganggu oleh setan karena setan telah dibelenggu.
Anggapan kita yang demikian akan
terbantahkan ketika didalam bulan Ramadhan kita masih melihat ada umat muslim
yang tidak berpuasa. Walaupun berpuasa masih ada yang berbohong, masih suka
marah-marah bahkan sampai berkelahi. Ada lagi yang berpuasa tapi tidak
melaksanakan sholat lima waktu. Mudah-mudahan ini tidak terjadi pada kita.
Sampai disini apakah kita masih berpikir setan itu telah dibelenggu? Apakah
hadits itu salah? Atau mungkin Rasul kurang tepat dalam membuat pernyataan?
Jika kita tidak mentela’ah lebih jauh apa
yang dimaksud Rasul didalam hadits tersebut maka kita pun akan membuat sebuah
kesimpulan yang kurang pas, bahkan cenderung menyalahkan dan akhirnya kita
tidak beriman lagi kepada Rasul, na’udzubillah.
Setidaknya kita harus berpikir sedikit
kritis untuk menggali sebuah informasi. Apa sih setan itu? Dari golongan apakah
setan itu? Terus siapa yang membelenggu setan?
Sebenarnya setan itu bukanlah sesosok
makhluk yang mempunyai bentuk melainkan merupakan karakter ataupun sifat. Kata Syaithan dalam bahasa arab berasal dari
kata Syathona yang berarti jauh,
yakni yang selalu menjauhkan manusia dari kebenaran. Kemudian kata syaithan ini digunakan untuk setiap
makhluk berakal yang durhaka dan membangkang.
Setan adalah sebuah kata yang menunjukkan
sifat atau karakter makhluk yang jahat, membangkang, tidak taat, suka membelot,
suka maksiat, suka melawan aturan, atau semacamnya.
Kemudian kita jangan menanyakan siapa setan
dan dimana dia? Karena setan itu tidak jauh dari kita. Setan itu berasal dari
golongan jin dan manusia juga sebagaimana Firman Allah SWT : “Dan demikianlah Kami jadikan bagi
tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari
jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu
menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan
apa yang mereka ada-adakan” (QS. 6:112)
Siapapun yang menyeru kepada kesesatan
makan itulah setan. Setan memang ada yang tidak terlihat, itulah yang dari
golongan jin. Tapi jangan menganggap bahwa semua setan itu tidak terlihat,
karena ada juga yang dari golongan manusia.
Ketika kita berpuasa ada yang ngajak
makan, ada yang ngajak minum, apalagi sampai ada yang minum didepan kita sambil
bilang “segarnya eh tenggorokan, Brrr…”. Bisa dipastikan ini adalah golongan
yang bisa terlihat.
Seharusnya kita pun harus menyadari
bahwa memang sejak awal kita diciptakan, Allah telah mengilhamkan kecenderungan
untuk berbuat fasik dan takwa. “Demi jiwa dan (proses) penyempurnaannya, maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya (dengan kemaksiatan)” (QS. 91:7-10)
Hidup adalah pilihan. Itulah yang
tersirat dari firman Allah diatas. Allah juga telah menyampaikan konsekuensi
dari pilihan yang Dia berikan. Jadi semua terserah kita.
Jadi jangan heran ketika berpuasa sering
terlintas dipikiran minuman yang menyegarkan, makanan yang enak-enak, atau
bahkan sempat kepikiran untuk makan dan minum didalam kamar agar tidak dilihat
oleh orang lain. Sebenarnya itu hal wajar, karena memang sudah menjadi fitrah
bagi manusia. Memang kecenderungan untuk berbuat kefasikan itu ada dalam diri
manusia. Tapi kembali lagi kepada pilihan. Apa pilihan kita? Membatalkan puasa
atau terus menunggu waktu berbuka? Tidak ada paksaan. Semua terserah kita.
Tentunya didalam kehidupan ini kita ingin
masuk kedalam golongan orang-orang yang beruntung. Dan orang-orang bertakwalah
yang akan mendapatkan keberuntungan itu. Bulan Ramadhan inilah waktu yang tepat bagi kita untuk masuk
kedalam golongan orang-orang yang bertakwa. Inilah waktu yang tepat untuk
berlatih mengendalikan hawa nafsu dengan berpuasa.
Kita berlatih mengendalikan agar sifat-sifat
setan yang ada didalam diri kita tidak keluar ke permukaan. Kita tahan setan
itu, kita belenggu dia, jangan sampai dia bebas berkeliaran atau bahkan
menguasai diri kita. Biarkan dia merasa tersiksa karena tidak bisa berbuat
sekehendak hati. Ini saatnya kita menyiksa setan.
Dalam kondisi berpuasa, siang panas,
tenggorokan kering, terpikir ingin minum. Awas setannya mau keluar. Tahan,
tetap belenggu dia. Tahan sampai waktu berbuka. Hilangkan pikiran untuk minum,
cepat-cepat dialihkan.
Perut lapar, waktunya makan siang biasanya
kalau sudah tengah hari, liat iklan di TV makanannya enak-enak. Wah, setannya
mau lepas lagi. Tahan, tetap belenggu dia. Waktu berbuka sebentar lagi. Matikan
TV, terus baca Al Qur’an.
Berkendaraan di jalan, cuaca panas, macet
panjang, muncul perasaan jengkel, emosi tiba-tiba meninggi, pengen marah. Mau
lepas lagi setannya, dia masih terus berjuang untuk melepaskan diri dari
belenggu. Tahan, tetap belenggu dia. Sabar. Allah beserta orang-orang yang
sabar. Jangan tinggalkan berdzikir.
Berkumpul dengan teman-teman, bercanda,
terus gossip. Upss.. jangan sampai dia lepas. Tahan terus. Mending diskusi yang
islami, berbagi ilmu dengan teman-teman.
Berbagai macam kondisi yang kita alami dalam
kehidupan ini yang memudahkan sifat setan itu tampak dari diri kita. Dengan
adanya bulan Ramadhan inilah waktunya kita berlatih untuk mengendalikan hawa
nafsu, membelenggu setan dengan cara berpuasa.
Menahan lapar dan haus, bersabar, tidak
bohong, apakah cukup untuk membuat setan tersiksa? Bisa jadi. Tapi yang kita
dapat dari berpuasa apa? Karena Rasul pernah mengatakan : “Betapa
banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut
kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Thabrani)
Jangan sampai ketika sedang berpuasa, kita
sibuk mengerjakan sesuatu yang sia-sia. Main kartu, game komputer, jalan ke
mall, ngegosip, dan lain-lain dengan niatan untuk melupakan rasa lapar dan
haus.
Harusnya kita lebih bisa
memanfaatkan bulan Ramadhan, karena bulan ini adalah bulan yang penuh berkah,
dan amal ibadah pada bulan ini pahalanya dilipat-gandakan, serta ada satu malam
yang nilainya lebih baik dari seribu bulan (Lailatul Qadar).
Rasulullah SAW bersabda :
“Segala amal kebajikan anak Adam dilipatgandakan pahalanya dengan 10 hingga 700 kali lipat. Allah berfirman: ‘kecuali puasa, puasa itu untukKu dan Aku (sendiri) yang akan memberikan pahala kepadanya. Dia telah meninggalkan syahwat dan makan minum lantaran Aku’” (HR. Muslim).
“Segala amal kebajikan anak Adam dilipatgandakan pahalanya dengan 10 hingga 700 kali lipat. Allah berfirman: ‘kecuali puasa, puasa itu untukKu dan Aku (sendiri) yang akan memberikan pahala kepadanya. Dia telah meninggalkan syahwat dan makan minum lantaran Aku’” (HR. Muslim).
"Siapa
berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu. Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar dengan keimanan dan
mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (HR. Bukhari
dan Muslim)
"Barangsiapa yang menunaikan shalat
malam di bulan Ramadhandengan keimanan dan
mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (HR. Bukhari
dan Muslim)
Allah memberikan motivasi kepada kita dengan
melipat-gandakan pahala di bulan Ramadhan, agar kita lebih bersemangat dalam
beramal ibadah dalam bulan. Tentunya kita harus memanfaatkan fasilitas yang
diberikan Allah ini. Rugi kan kalau kita melewatkan kesempatan ini?
Jadi kita harus sudah memiliki rancangan
untuk memasuki bulan Ramadhan, dan sudah menentukan target pencapaian dalam
satu bulan berpuasa. Misalnya target yang kita tentukan harus sampai ‘tamat’
membaca Al Qur’an dalam satu bulan. Selain sholat fardhu, dan sholat sunnah
tarawih serta witir, di targetkan juga tidak boleh ketinggalan sholat tahajud
dan dhuha.
Bisa juga kita merencakan dalam bulan
Ramadhan, setiap hari membaca buku-buku keislaman, atau membuat forum diskusi
islami yang focus membahas tentang Ramadhan misalnya. Bahkan bisa juga membuat
tulisan-tulisan. Pokoknya semua yang kita lakukan harus mengandung nilai ibadah
kepada Allah SWT.
Semua yang dilakukan di bulan Ramadhan merupakan
usaha untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan baik, sehingga perbuatan-perbuatan
baik dan bermanfaat yang kita lakukan bisa membuat akhlak kita menjadi lebih
baik. Dan pada akhirnya kita bisa masuk ke dalam golongan hamba Allah yang
bertakwa. Insya Allah.
No comments:
Post a Comment