NEWS

Wednesday, June 18, 2014

Organisasi Itu Penting

Dikalangan mahasiswa tentu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya organisasi. Bagaimana mau gak asing, lah kampus itu sendiri adalah organisasi. Namun sudah tentu setiap mahasiswa tidaklah sama pemahamannya tentang organisasi. Ada yang suka berorganisasi ada pula yang tidak.
Tentu akan terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara mahasiswa yang aktif dalam organisasi dengan yang tidak. Kita dapat melihatnya dari pola pergaulan sehari-hari. Mahasiswa yang aktif dalam organisasi biasanya akan sangat mudah bergaul dan mendapatkan teman baru, sedangkan yang tidak aktif cenderung culun dan sering menyendiri dan wajar mempunyai sedikit teman, walaupun banyak teman pasti akan sering dimanfaatkan. Hahaha kasiannya eh.
Saya termasuk orang yang aktif dalam organisasi. Hehehe main klaim. Yah walaupun aktifnya gak sejak awal kuliah. Bahkan dulunya saya hanya sekedar ikut-ikutan aja dengan anggapan “wah, kayanya rame nich”.
Dulu saya tidak begitu paham dengan yang namanya organisasi (membahas sejarah ni ceritanya). Ketika selesai Ujian Akhir Nasional di SMA saya mendaftarkan diri di Universitas Mulawarman melalui jalur PBUD (Penelusuran Bibit Unggul Daerah). Lumayanlah termasuk Bibit Unggul kita ni. Hehehe dikira bibit tanaman kah.
Pada saat mengisi formulir saya bingung untuk mengisi data tentang hobi, kemudia saya tanyakan ke guru “Pak, hobi ini di isi apa pak?”. “Ya terserah kamu aja, tulis aja disitu hobi kamu organisasi” kata Pak Muchlis (guru SMA saya tu. Hehe). Sempat muncul pikiran kritis dari benak saya “kok bisa ya organisasi dijadikan hobi?”, bodo amat lah yang penting formulirnya di isi.
Nah, dari situlah saya agak penasaran dengan yang namanya organisasi. Oh, sebentar. Pada saat kelas dua SMA saya terpilih menjadi Ketua OSIS. Setelah menjadi ketua OSIS inilah saya sempat jadian dengan seorang adik kelas. Jadi ceritanya begini kawan-kawan. Sewaktu masih kelas satu, pulang sekolah pasti jalan kaki. Disitulah sering melihat sang doi pulang juga sambil mengedarai sepeda motornya, ketika melihat hati langsung bergetar dan detak jantung menjadi semakin kencang. Ceileee….sadddaaappp. Setelah naik kelas dua dan si doi masuk dikelas satu. Disini label Ketua OSIS membantu saya untuk memikat hati si doi. Aduh ingat peristiwa ini jadi malu sendiri rasanya. Hahahaha

Mulai kehilangan arah ni. Back to the topic about organization. Halah sok inggris. Sebenarnya waktu saya menjadi Ketua OSIS itu, saya gak ngerti-ngerti amat dengan yang namanya organisasi. Padalah ketika pergantian pengurus OSIS saat itu, niat saya sederhana sekali “yang penting jadi pengurus OSIS”. Niat ini muncul karena rasa iri melihat proses penyiksaan adik-adik kelas yang dilakukan oleh pengurus OSIS ketika Masa Orientasi Siswa.
Senang banget rasanya ketika kita bisa menyuruh orang melakukan apa saja yang kita perintahkan. Ketika ada perbuatan yang dilakukan tidak sesuai dengan yang diperintahkan maka kita bebas untuk memberikan hukuman. Hukuman apa saja boleh dan itu pasti dituruti oleh adik kelas yang keliatan bodoh pada saat itu.
Entah kenapa pada saat itu senang banget melihat orang tertindas karena perbuatan kita. “Itu fitrah kali ya? hehehe”.
Ketika masuk kuliah juga terjadi hal yang demikian. Motivasi saya ikut dalam organisasi kampus “karena senang melihat dan melakukan penindasan terhadap adik tingkat” (wah, jujur banget kayanya ni). Kalo di program studi saya ada kegiatan yang namanya PRINTER yaitu Pengkaderan Internal Komputer, itu namanya kalo di program studi Ilmu Komputer.
Kalo ada kegiatan ini dilaksanakan, gak puas rasanya kalo gak nyiksa orang. Hahaha… Kegiatan memang sudah diatur tempat pelaksanaannya harus diluar kampus. Supaya apa coba? Supaya bisa bebas nyiksa orang.
Aih, ini kok jadi tentang penyiksaan sih. Ingat, ini bukan lagi zaman jahiliyah, zaman perbudakan, zaman anak-anak perempuan dikubur hidup-hidup. Bukan. Sekarang zaman sudah modern mamen, gak perlu lagi adanya penyiksaan, gak perlu kita hidupkan lagi nuansa-nuansa jahiliyah di kehidupan kita sekarang. Cukup sudah. Cukup. Eh, kok kamu malah melotot gitu? Cukup saya bilang (ekspresi: tegas, nada suara tinggi, sambil ngulum bombon Hot Hot Pop).
Pada masa ini sekali lagi saya kasih tau, saya belum paham betul dengan yang namanya organisasi. Ketika diadakannya Musyawarah Besar HMJ saya ikut jadi panitia. Divisi Konsumsi, dengan harapan bisa mendapatkan jatah makanan lebih dari yang lain, maklum ngirit, tiap bulan hanya mengandalkan kiriman dari orang tua.
Saking gak ngertinya, pada saat sidang pleno saya merasa ngantuk, dan tidur. “ini ungkapan jujur bro, gua gak ngerti”. Tiba-tiba saya dibangunkan oleh teman yang duduknya disamping saya. Ternyata pada saat itu telah masuk sesi pemilihan ketua umum yang baru. Setelah saya bangun, teman saya langsung bilang “Ri, kamu calon jadi ketua umum yaa…”. Saya yang baru bangun dan masih belum sadar secara sempurna dengan bodohnya bilang “iya”.
Proses pemilihan dengan cara voting pun dilangsungkan. Dan hasilnya saya terpilih menjadi Ketua Umum HMJ Ilmu Komputer. Sampai disini saya sedikit mempunyai kesimpulan bahwa mudah sekali ternyata untuk menjadi seorang ketua. Dalam bahasa yang berbeda ternyata sangat mudah untuk menjadi pemimpin sebuah organisasi. Ini hanya kesimpulan sementara saya lho ya, dalam bahasa akademisnya disebut hipotesa.
Setelah menjalani hidup dengan menyandang status sebagai ketua umum saya mulai menyadari ternyata tidak mudah untuk menyandang status ini. Banyak kewajiban yang harus dilakukan. Mungkin tentang hal ini saya akan membahasnya pada judul tulisan yang lain. Khusus tentang kepemimpinan. Hanya saja yang ingin saya sampaikan disini adalah pada saat ini saya masih belum memahami betul tentang organisasi.
Bulan berganti bulan, minggu berganti minggu, hari berganti hari, jam, menit, detik. “ini mau ngomongin apa sih sebanarnya?”. Yang pasti waktu terus berjalan hingga sampailah saya pada akhir masa jabatan.
Sebelum mengakhiri masa jabatan di organisasi internal kampus, saya masuk ke dalam organisasi eksternal kampus. Saya mengikuti Basic Training (LK I) Himpunan Mahasiswa Islam. Saya mengikuti Training ini tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Tanpa ada ancaman kalau saya akan dibunuh. Tanpa ada sogokan agar saya mau ikut. “Saya ikut atas kemauan saya sendiri. Ingat itu”. Awas kalian bilang macam-macam. “iya, saya ikut atas kemauan sendiri, gak dipaksa. Sudah dech, jangan nanya mulu” (kayak ada aja orang yang nanya).
Memang tidak ada yang maksa, ngancam, nyogok, bahkan neror saya. Kalo yang rayu sih ada.
Rayuan pertama dari teman saya satu angkatan, satu jurusan, satu kelas. Wahyu. Makhluk ini sudah masuk HMI sejak awal masuk kuliah. Alasannya masuk HMI sih sederhana. Modus ngirit. Katanya “lumayan bisa tinggal di sekretariat. Gratis”. (Dasar emang ni orang).
Sudah lama dia ngajak saya untuk ikut dan masuk HMI, tapi salahnya informasi yang dia berikan selalu saja mendadak, membuat kita gak bisa mikir, gak bisa menimbang baik buruknya (ceileee). Kurang lebih begini bahasanya: “Ayo Ham, masuk HMI. Enak lo, dapat makan gratis. Penginapan juga gratis. Klo ikut training pakaiannya harus rapi. Pake celana kain, baju kemaja, pake sepatu, bahkan ada yang pake dasi dan jas”. Yang terbayang dipikiran saya ketika dia menyampaikan ini “wah, keren juga ya. Pake dasi, jas, sepatu. Wuih, perlente banget nih. Makannya gratis, penginapan juga. Gua harus ikut”.
“Banyak orang-orang yang sukses yang berasal dari HMI” katanya, dan dia mulai menyebutkan satu per satu orang-orang sukses tersebut. “Ada Akbar Tanjung, Nurcholis Madjid, Yusuf Kalla, Mahfud MD, Rhoma Irama, Anang Hermansyah, Ahmad Dani, Julia Perez, Dewi Persik, Inul Daratista” (Yang bagian akhir ini ngaco dech kayaknya. Wkwkwk). Yang pasti dia menyebutkan orang-orang yang sukses yang berasal dari organisasi HMI. Saking menghayatinya saya sambil menghayal “Wuaaaahhh, bakal jadi orang besaaaarrrr, orang suksesss”. Terbayang dipikiran saya, seakan-akan saya sedang mengenakan pakaian gaya perlente, terus diwawancara oleh wartawan, terus banyak yang mau minta tanda tangan, terus banyak perusahaan yang nawarin untuk membuat iklan, terus ada yang nawarin main film, terus sampai go international. (Eaaa…. Khayalannya keterlaluan banget. Ahahahaha).
Sampai disini sepertinya dia sukses. Saya tertarik untuk masuk HMI. Dia memberitahukan bahwa ada Training yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Tapi dengan berat hati saya sampaikan bahwa saya tidak bisa ikut karena jadwalnya bertepatan dengan acara Musyawarah Besar HMJ yang akan membuat saya demisioner dari jabatan Ketua Umum.
Nah, disinilah muncul agen kedua yang coba merayu saya untuk ikut HMI. Nopianti, dia adalah adik tingkat saya di satu jurusan yaitu Ilmu Komputer. Sekarang dia menyandang status caleg gagal (mudah-mudahan ini adalah awal dari kesuksesanmu neng geulis. Hehehe). Pada saat itu, masih nge-trend chatting pake Yahoo Messenger (YM). Setiap malam saya pasti Online dan mengaktifkan akun YM.
PING !!!
Muncul Window percakapan dan gambarnya bergetar ketika ada yang ngajak chatting. Yap, itulah dia orangnya. Percakapan dimulai. Dia menanyakan tugas yang saya berikan pada saat praktikum. Maklumlah, “saya kan Asisten Dosen (AsDos) yang menangani praktikum untuk mata kuliah Pemrogramam Visual Lanjut” (ekspresi pengucapan: sombong, nada santai, sambil menggoyang-goyangkan kaki, senyum kecil angkuh, dada membusung, jari kelingking masuk ke hidung. Ngupil. Hahaha).
Saya lupa apa yang dibahas pada saat itu, yang pasti percakapan kami mengarah kearah diskusi dan seperti orang yang beradu argumentasi. Dan barulah saya tau kalau dia adalah anak HMI. Kemudian dia memberikan informasi seperti yang disampaikan oleh Wahyu. Saya pun bilang “bentrok eh dek jadwalnya dengan MuBes kita”, “enggak kak, MuBes-nya diundur. Saya kan masuk panitia juga. Hehehe” katanya. “Oh, gitu ya. Oke deh klo gitu. Aku ikut”. Dan akhirnya saya iku Basic Training dan menjadi anggota HMI.
Setelah menjadi anggota HMI saya merasa tidak ada yang special didalamnya. Memang pada saat Training muncul suatu keinginan yang sangat besar untuk terus belajar, memperluas wawasan dan menambah kemampuan. Namun setelah training, semua terasa berbeda, tak seperti yang diharapkan (emank yang diharapkan apa sih?). Kau tak seperti yang dulu lagi. Halah…mulai ngelantur lagi.
Inilah yang saya rasakan ketika menjadi kader baru di HMI. Gak tau mesti ngapain. Masih canggung ketika bertemu dengan orang yang baru dikenal. Walaupun sama-sama anggota HMI kalo gak saling kenal ya sama saja seperti orang asing. Nanti akan kita kupas tentang ini dijudul tulisan yang selanjutnya mengenai nasib kader baru di HMI (kesannya menakutkan sekali, berbicara tentang nasib broh. Alahmakkk).
Selanjutnya kita berbicara sedikit agak serius. Okeh?!
Sadar atau pun tidak, tau atau pun tidak, ketika sudah terjun kedalam dunia organisasi kita pasti akan merasakan dampak positifnya. Tidak lama setelah saya masuk HMI, saya berangkat KKN (Kuliah Kerja Nyata). Dan lokasi KKN saya di Kutai Barat. Mulai dari sini terlihat beberapa manfaat yang saya dapatkan dari organisasi.
1.     Sosialisasi Diri
Tuntutan bagi mahasiswa ketika melaksanakan program KKN adalah harus mampu membaur bersama masyarakat desa. Tidak membeda-bedakan suku, agama, warna kulit, warna rambut, warna baju, warna kuku, dan lain sebagainya.
Inilah salah satu keahlian yang kita dapatkan ketika berorganisasi. Keahlian ini pasti kita dapatkan secara sadar ataupun tidak sadar ketika kita terlibat aktif dalam berbagai kegiatan organisasi.
Terlihat jelas perbedaannya. Orang yang tidak pernah ikut dalam organisasi atau walaupun ikut tapi hanya sebagai status menjadi anggota, cenderung tidak bisa membaur dengan masyarakat setempat.
Yang saya rasakan ketika itu. Saya lebih cepat mendapatkan teman baru, dan akrab secara tiba-tiba (hati-hati, ini sebenarnya modus. Hahaha). Dalam jangka waktu yang tidak begitu lama, saya merasa keberadaan saya ditengah-tengah masyarakat sudah seperti keluarga, bukan lagi seperti orang asing.
2.     Membaca Situasi
Ketika sudah terjun di masyarakat, kemampuan ini sangat penting keberadaannya pada diri kita. Serius.
Sebelum berangkat KKN saya sudah tau bahwa di Kutai Barat banyak terdapat objek wisata. Tentunya sudah punya niat dari awal untuk pergi ke tempat wisata tersebut. Tapi sayang dilapangan kita mendapatkan kendala. Kami Cuma mempunyai satu buah sepeda motor yang dipinjamkan oleh Kepala Kampung disana. Dengan kondisi yang seperti ini tentu kami tidak akan bisa ke tempat wisata secara bersama-sama. Ada lagi masalah, kami tidak tahu alamat atau lokasi objek wisata tersebut (sedihnya). Kira-kira bagaimanakah caranya agar kami bisa mendapatkan tambahan kendaran dan punya penunjuk arah perjalanan ke tempat wisata? Mari kita Tanya pada PETA (kaya Dora dech jadinya. hehehe).
Tentunya disini kita harus pandai membaca situasi. Terlihat bahwa pemuda-pemuda kampung sudah mulai akrab dengan kami. Nah, disinilah peluang bisa didapat.
3.     Problem Solver
Berbagai permasalahan pasti terjadi pada masa KKN. Internal maupun eksternal. Disinilah waktunya kita bisa menunjukkan kepahlawanan kita dengan cara bisa memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dialami.
Ada masalah kecil yang terjadi di internal kelompok. Maklum cewek. Suka betul main sindir. Orang pasti salah kalau tidak sesuai dengan apa yang dia mau. Masalahnya sederhana banget, tentang mandi (gila, ini aja dipermasalahkan coba).
Dampak dari masalah ini, muncullah ketidak harmonisan diantara kedua belah pihak. Tidak saling bertegur sapa, tidak mau duduk berdekatan, tidak mau makan bareng, semua hal tidak akan mau dilakukan secara bersama-sama, bahkan buang air besar pun mereka tidak mau sama-sama. Halah…
Sebagai orang yang tidak mempunyai masalah dengan kedua belah pihak, dan juga tidak memihak ke salah satu pihak. Saya mencoba untuk menjadi penengahnya. Saya mencoba hadir ditengah permasalahaan yang ada diantara mereka, berbekal jiwa kepahlawanan, saya buka baju kemeja dan menunjukkan lambang “S” yang ada di dada (ngawur, ini mah gayanya superman. Hahaha). Setelah itu saya bilang “Dengan kekuatan bulan, berubahlah kalian menjadi baikan” (klo ini gayanya sailormoon kawan-kawan. Hahaha)
Yang diatas ngawur solusinya. Ini yang benar. Pembacaan situasi saya pada saat itu, anggota kelompok banyak berkomentar tentang ketua kelompok yang banyak tidur di masjid, bukan di posko, bersama kami. Nah, masalah ini ternyata mampu menumbuhkan jiwa persahabatan diantara cewek-cewek tadi. (maaf ya ketua, saya gak salah). Bersekutunya sang cewek berdampak buruk bagi ketua kelompok, karena ketua kelompok jadi musuh bersama para cewek. Hahahahaha (girang betul rasanya kalo ingat masalah ini. Sekali lagi maaf ya ketua, saya gak salah)
4.     Memberi Pengaruh
Keberadaan saya didalam kelompok cukup memberikan pengaruh dalam pengambilan keputusan-keputusan yang akan dilakukan oleh kelompok.
Ini bisa terjadi karena semua cewek yang jumlahnya 5 orang didalam kelompok pasti mengikuti apa yang saya katakan. Dampaknya, ketua kelompok pun harus meminta tolong kepada saya ketika mengharapkan bantuan dari para cewek. Dia harus memohon dan memelas kepada saya, berlutut didepan saya, dan memberikan saya upeti (aduh, sihannya anak orang ae hah. Gak se-dramatis ini kok kondisinya. Serius).
Intinya sebagian besar anggota kelompok lebih memilih ikut dengan apa yang saya katakan ketimbang mengikuti kata-kata ketua kelompok (kasian bener dech kondisi ketua kelompok saya, kayak gak dihargai gitu dengan anggota kelompok). Ketua kelompok jelas tidak bisa main-main jabatan dengan saya waktu itu walaupun saya anggota kelompoknya. Kenapa? Karena jabatan saya lebih tinggi dari dia. Saya menjabat sebagai Koordinator Kecamatan yang berarti cakupan kekuasaan saya lebih besar dari dia. Hahaha…
5.     Cukup 4 aja, tidak usah banyak-banyak, karena saya anak ke 4 dari 6 bersaudara, tapi 2 diantaranya telah meninggal dunia selagi masih kecil. (gak penting)
Sampai disini kalian sudah merasa organisasi itu penting atau tidak? Bagi yang menjawab “Tidak” berarti kamu termasuk orang yang tidak aktif berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi.
Sebenarnya masih banyak manfaat yang bisa kita dapatkan didalam sebuah organisasi. Yang saya sampaikan diatas hanya sebagian kecil yang bisa kita dapatkan.
Bagi saya aktif dalam sebuah organisasi banyak memberikan peluang untuk bereksperimen. Dengan kata lain tujuan saya berorganisasi adalah untuk bereksperimen. Melakukan percobaan-percobaan. Peluang ini tidak mungkin kita dapatkan jika alur kehidupan kita sehari-hari tidak lepas dari kos à kampus à kantin. Kita harus punya kegiatan atau aktifitas lain mamen.
Didalam organisasi, khususnya HMI yang saya lakukan adalah terus-menerus melakukan eksperimen. Dan sekarang kalian bisa melihat eksperimen saya. Kalian sadar gak kalo sekarang saya sedang bereksperimen? Sadar gak?
Saya sekarang sedang bereksperimen untuk menjadi seorang penulis. Hehehehe…. 
Ini eksperimen saya. Apa eksperimen kamu?

No comments:

Post a Comment