Dikalangan
mahasiswa tentu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya organisasi.
Bagaimana mau gak asing, lah kampus itu sendiri adalah organisasi. Namun sudah
tentu setiap mahasiswa tidaklah sama pemahamannya tentang organisasi. Ada yang
suka berorganisasi ada pula yang tidak.
Tentu
akan terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara mahasiswa yang aktif
dalam organisasi dengan yang tidak. Kita dapat melihatnya dari pola pergaulan
sehari-hari. Mahasiswa yang aktif dalam organisasi biasanya akan sangat mudah
bergaul dan mendapatkan teman baru, sedangkan yang tidak aktif cenderung culun
dan sering menyendiri dan wajar mempunyai sedikit teman, walaupun banyak teman
pasti akan sering dimanfaatkan. Hahaha kasiannya eh.
Saya
termasuk orang yang aktif dalam organisasi. Hehehe main klaim. Yah walaupun
aktifnya gak sejak awal kuliah. Bahkan dulunya saya hanya sekedar ikut-ikutan
aja dengan anggapan “wah, kayanya rame nich”.
Dulu
saya tidak begitu paham dengan yang namanya organisasi (membahas sejarah ni
ceritanya). Ketika selesai Ujian Akhir Nasional di SMA saya mendaftarkan diri
di Universitas Mulawarman melalui jalur PBUD (Penelusuran Bibit Unggul Daerah).
Lumayanlah termasuk Bibit Unggul kita ni. Hehehe dikira bibit tanaman kah.
Pada
saat mengisi formulir saya bingung untuk mengisi data tentang hobi, kemudia
saya tanyakan ke guru “Pak, hobi ini di isi apa pak?”. “Ya terserah kamu aja,
tulis aja disitu hobi kamu organisasi” kata Pak Muchlis (guru SMA saya tu.
Hehe). Sempat muncul pikiran kritis dari benak saya “kok bisa ya organisasi
dijadikan hobi?”, bodo amat lah yang penting formulirnya di isi.
Nah,
dari situlah saya agak penasaran dengan yang namanya organisasi. Oh, sebentar.
Pada saat kelas dua SMA saya terpilih menjadi Ketua OSIS. Setelah menjadi ketua
OSIS inilah saya sempat jadian dengan seorang adik kelas. Jadi ceritanya begini
kawan-kawan. Sewaktu masih kelas satu, pulang sekolah pasti jalan kaki.
Disitulah sering melihat sang doi pulang juga sambil mengedarai sepeda
motornya, ketika melihat hati langsung bergetar dan detak jantung menjadi
semakin kencang. Ceileee….sadddaaappp. Setelah naik kelas dua dan si doi masuk
dikelas satu. Disini label Ketua OSIS membantu saya untuk memikat hati si doi.
Aduh ingat peristiwa ini jadi malu sendiri rasanya. Hahahaha
Mulai
kehilangan arah ni. Back to the topic
about organization. Halah sok inggris. Sebenarnya waktu saya menjadi Ketua
OSIS itu, saya gak ngerti-ngerti amat dengan yang namanya organisasi. Padalah
ketika pergantian pengurus OSIS saat itu, niat saya sederhana sekali “yang
penting jadi pengurus OSIS”. Niat ini muncul karena rasa iri melihat proses
penyiksaan adik-adik kelas yang dilakukan oleh pengurus OSIS ketika Masa
Orientasi Siswa.
Senang
banget rasanya ketika kita bisa menyuruh orang melakukan apa saja yang kita
perintahkan. Ketika ada perbuatan yang dilakukan tidak sesuai dengan yang
diperintahkan maka kita bebas untuk memberikan hukuman. Hukuman apa saja boleh
dan itu pasti dituruti oleh adik kelas yang keliatan bodoh pada saat itu.
Entah
kenapa pada saat itu senang banget melihat orang tertindas karena perbuatan
kita. “Itu fitrah kali ya? hehehe”.
Ketika
masuk kuliah juga terjadi hal yang demikian. Motivasi saya ikut dalam
organisasi kampus “karena senang melihat dan melakukan penindasan terhadap adik
tingkat” (wah, jujur banget kayanya ni). Kalo di program studi saya ada
kegiatan yang namanya PRINTER yaitu Pengkaderan Internal Komputer, itu namanya
kalo di program studi Ilmu Komputer.
Kalo
ada kegiatan ini dilaksanakan, gak puas rasanya kalo gak nyiksa orang. Hahaha…
Kegiatan memang sudah diatur tempat pelaksanaannya harus diluar kampus. Supaya
apa coba? Supaya bisa bebas nyiksa orang.
Aih,
ini kok jadi tentang penyiksaan sih. Ingat, ini bukan lagi zaman jahiliyah,
zaman perbudakan, zaman anak-anak perempuan dikubur hidup-hidup. Bukan.
Sekarang zaman sudah modern mamen, gak perlu lagi adanya penyiksaan, gak perlu
kita hidupkan lagi nuansa-nuansa jahiliyah di kehidupan kita sekarang. Cukup
sudah. Cukup. Eh, kok kamu malah melotot gitu? Cukup saya bilang (ekspresi:
tegas, nada suara tinggi, sambil ngulum bombon Hot Hot Pop).
Pada
masa ini sekali lagi saya kasih tau, saya belum paham betul dengan yang namanya
organisasi. Ketika diadakannya Musyawarah Besar HMJ saya ikut jadi panitia.
Divisi Konsumsi, dengan harapan bisa mendapatkan jatah makanan lebih dari yang
lain, maklum ngirit, tiap bulan hanya mengandalkan kiriman dari orang tua.
Saking
gak ngertinya, pada saat sidang pleno saya merasa ngantuk, dan tidur. “ini
ungkapan jujur bro, gua gak ngerti”. Tiba-tiba saya dibangunkan oleh teman yang
duduknya disamping saya. Ternyata pada saat itu telah masuk sesi pemilihan
ketua umum yang baru. Setelah saya bangun, teman saya langsung bilang “Ri, kamu
calon jadi ketua umum yaa…”. Saya yang baru bangun dan masih belum sadar secara
sempurna dengan bodohnya bilang “iya”.
Proses
pemilihan dengan cara voting pun dilangsungkan. Dan hasilnya saya terpilih
menjadi Ketua Umum HMJ Ilmu Komputer. Sampai disini saya sedikit mempunyai
kesimpulan bahwa mudah sekali ternyata untuk menjadi seorang ketua. Dalam
bahasa yang berbeda ternyata sangat mudah untuk menjadi pemimpin sebuah
organisasi. Ini hanya kesimpulan sementara saya lho ya, dalam bahasa
akademisnya disebut hipotesa.
Setelah
menjalani hidup dengan menyandang status sebagai ketua umum saya mulai
menyadari ternyata tidak mudah untuk menyandang status ini. Banyak kewajiban
yang harus dilakukan. Mungkin tentang hal ini saya akan membahasnya pada judul
tulisan yang lain. Khusus tentang kepemimpinan. Hanya saja yang ingin saya
sampaikan disini adalah pada saat ini saya masih belum memahami betul tentang
organisasi.
Bulan
berganti bulan, minggu berganti minggu, hari berganti hari, jam, menit, detik.
“ini mau ngomongin apa sih sebanarnya?”. Yang pasti waktu terus berjalan hingga
sampailah saya pada akhir masa jabatan.
Sebelum
mengakhiri masa jabatan di organisasi internal kampus, saya masuk ke dalam
organisasi eksternal kampus. Saya mengikuti Basic Training (LK I) Himpunan
Mahasiswa Islam. Saya mengikuti Training ini tanpa ada paksaan dari pihak
manapun. Tanpa ada ancaman kalau saya akan dibunuh. Tanpa ada sogokan agar saya
mau ikut. “Saya ikut atas kemauan saya sendiri. Ingat itu”. Awas kalian bilang
macam-macam. “iya, saya ikut atas kemauan sendiri, gak dipaksa. Sudah dech,
jangan nanya mulu” (kayak ada aja orang yang nanya).
Memang
tidak ada yang maksa, ngancam, nyogok, bahkan neror saya. Kalo yang rayu sih
ada.
Rayuan
pertama dari teman saya satu angkatan, satu jurusan, satu kelas. Wahyu. Makhluk
ini sudah masuk HMI sejak awal masuk kuliah. Alasannya masuk HMI sih sederhana.
Modus ngirit. Katanya “lumayan bisa tinggal di sekretariat. Gratis”. (Dasar
emang ni orang).
Sudah
lama dia ngajak saya untuk ikut dan masuk HMI, tapi salahnya informasi yang dia
berikan selalu saja mendadak, membuat kita gak bisa mikir, gak bisa menimbang
baik buruknya (ceileee). Kurang lebih begini bahasanya: “Ayo Ham, masuk HMI.
Enak lo, dapat makan gratis. Penginapan juga gratis. Klo ikut training
pakaiannya harus rapi. Pake celana kain, baju kemaja, pake sepatu, bahkan ada
yang pake dasi dan jas”. Yang terbayang dipikiran saya ketika dia menyampaikan
ini “wah, keren juga ya. Pake dasi, jas, sepatu. Wuih, perlente banget nih.
Makannya gratis, penginapan juga. Gua harus ikut”.
“Banyak
orang-orang yang sukses yang berasal dari HMI” katanya, dan dia mulai
menyebutkan satu per satu orang-orang sukses tersebut. “Ada Akbar Tanjung,
Nurcholis Madjid, Yusuf Kalla, Mahfud MD, Rhoma Irama, Anang Hermansyah, Ahmad
Dani, Julia Perez, Dewi Persik, Inul Daratista” (Yang bagian akhir ini ngaco
dech kayaknya. Wkwkwk). Yang pasti dia menyebutkan orang-orang yang sukses yang
berasal dari organisasi HMI. Saking menghayatinya saya sambil menghayal
“Wuaaaahhh, bakal jadi orang besaaaarrrr, orang suksesss”. Terbayang dipikiran
saya, seakan-akan saya sedang mengenakan pakaian gaya perlente, terus
diwawancara oleh wartawan, terus banyak yang mau minta tanda tangan, terus
banyak perusahaan yang nawarin untuk membuat iklan, terus ada yang nawarin main
film, terus sampai go international.
(Eaaa…. Khayalannya keterlaluan banget. Ahahahaha).
Sampai
disini sepertinya dia sukses. Saya tertarik untuk masuk HMI. Dia memberitahukan
bahwa ada Training yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Tapi dengan berat
hati saya sampaikan bahwa saya tidak bisa ikut karena jadwalnya bertepatan
dengan acara Musyawarah Besar HMJ yang akan membuat saya demisioner dari
jabatan Ketua Umum.
Nah,
disinilah muncul agen kedua yang coba merayu saya untuk ikut HMI. Nopianti, dia
adalah adik tingkat saya di satu jurusan yaitu Ilmu Komputer. Sekarang dia
menyandang status caleg gagal (mudah-mudahan ini adalah awal dari kesuksesanmu
neng geulis. Hehehe). Pada saat itu, masih nge-trend chatting pake Yahoo
Messenger (YM). Setiap malam saya pasti Online dan mengaktifkan akun YM.
PING !!!
Muncul
Window percakapan dan gambarnya bergetar ketika ada yang ngajak chatting. Yap,
itulah dia orangnya. Percakapan dimulai. Dia menanyakan tugas yang saya berikan
pada saat praktikum. Maklumlah, “saya kan Asisten Dosen (AsDos) yang menangani
praktikum untuk mata kuliah Pemrogramam Visual Lanjut” (ekspresi pengucapan:
sombong, nada santai, sambil menggoyang-goyangkan kaki, senyum kecil angkuh,
dada membusung, jari kelingking masuk ke hidung. Ngupil. Hahaha).
Saya
lupa apa yang dibahas pada saat itu, yang pasti percakapan kami mengarah kearah
diskusi dan seperti orang yang beradu argumentasi. Dan barulah saya tau kalau
dia adalah anak HMI. Kemudian dia memberikan informasi seperti yang disampaikan
oleh Wahyu. Saya pun bilang “bentrok eh dek jadwalnya dengan MuBes kita”,
“enggak kak, MuBes-nya diundur. Saya kan masuk panitia juga. Hehehe” katanya.
“Oh, gitu ya. Oke deh klo gitu. Aku ikut”. Dan akhirnya saya iku Basic Training
dan menjadi anggota HMI.
Setelah
menjadi anggota HMI saya merasa tidak ada yang special didalamnya. Memang pada
saat Training muncul suatu keinginan yang sangat besar untuk terus belajar,
memperluas wawasan dan menambah kemampuan. Namun setelah training, semua terasa
berbeda, tak seperti yang diharapkan (emank yang diharapkan apa sih?). Kau tak
seperti yang dulu lagi. Halah…mulai ngelantur lagi.
Inilah
yang saya rasakan ketika menjadi kader baru di HMI. Gak tau mesti ngapain.
Masih canggung ketika bertemu dengan orang yang baru dikenal. Walaupun
sama-sama anggota HMI kalo gak saling kenal ya sama saja seperti orang asing.
Nanti akan kita kupas tentang ini dijudul tulisan yang selanjutnya mengenai
nasib kader baru di HMI (kesannya menakutkan sekali, berbicara tentang nasib
broh. Alahmakkk).
Selanjutnya
kita berbicara sedikit agak serius. Okeh?!
Sadar
atau pun tidak, tau atau pun tidak, ketika sudah terjun kedalam dunia
organisasi kita pasti akan merasakan dampak positifnya. Tidak lama setelah saya
masuk HMI, saya berangkat KKN (Kuliah Kerja Nyata). Dan lokasi KKN saya di
Kutai Barat. Mulai dari sini terlihat beberapa manfaat yang saya dapatkan dari
organisasi.
1. Sosialisasi Diri
Tuntutan
bagi mahasiswa ketika melaksanakan program KKN adalah harus mampu membaur
bersama masyarakat desa. Tidak membeda-bedakan suku, agama, warna kulit, warna
rambut, warna baju, warna kuku, dan lain sebagainya.
Inilah
salah satu keahlian yang kita dapatkan ketika berorganisasi. Keahlian ini pasti
kita dapatkan secara sadar ataupun tidak sadar ketika kita terlibat aktif dalam
berbagai kegiatan organisasi.
Terlihat
jelas perbedaannya. Orang yang tidak pernah ikut dalam organisasi atau walaupun
ikut tapi hanya sebagai status menjadi anggota, cenderung tidak bisa membaur
dengan masyarakat setempat.
Yang
saya rasakan ketika itu. Saya lebih cepat mendapatkan teman baru, dan akrab
secara tiba-tiba (hati-hati, ini sebenarnya modus. Hahaha). Dalam jangka waktu
yang tidak begitu lama, saya merasa keberadaan saya ditengah-tengah masyarakat
sudah seperti keluarga, bukan lagi seperti orang asing.
2. Membaca Situasi
Ketika
sudah terjun di masyarakat, kemampuan ini sangat penting keberadaannya pada
diri kita. Serius.
Sebelum
berangkat KKN saya sudah tau bahwa di Kutai Barat banyak terdapat objek wisata.
Tentunya sudah punya niat dari awal untuk pergi ke tempat wisata tersebut. Tapi
sayang dilapangan kita mendapatkan kendala. Kami Cuma mempunyai satu buah
sepeda motor yang dipinjamkan oleh Kepala Kampung disana. Dengan kondisi yang
seperti ini tentu kami tidak akan bisa ke tempat wisata secara bersama-sama.
Ada lagi masalah, kami tidak tahu alamat atau lokasi objek wisata tersebut
(sedihnya). Kira-kira bagaimanakah caranya agar kami bisa mendapatkan tambahan
kendaran dan punya penunjuk arah perjalanan ke tempat wisata? Mari kita Tanya
pada PETA (kaya Dora dech jadinya. hehehe).
Tentunya
disini kita harus pandai membaca situasi. Terlihat bahwa pemuda-pemuda kampung
sudah mulai akrab dengan kami. Nah, disinilah peluang bisa didapat.
3. Problem Solver
Berbagai
permasalahan pasti terjadi pada masa KKN. Internal maupun eksternal. Disinilah
waktunya kita bisa menunjukkan kepahlawanan kita dengan cara bisa memberikan
solusi atas permasalahan yang sedang dialami.
Ada
masalah kecil yang terjadi di internal kelompok. Maklum cewek. Suka betul main
sindir. Orang pasti salah kalau tidak sesuai dengan apa yang dia mau.
Masalahnya sederhana banget, tentang mandi (gila, ini aja dipermasalahkan
coba).
Dampak
dari masalah ini, muncullah ketidak harmonisan diantara kedua belah pihak.
Tidak saling bertegur sapa, tidak mau duduk berdekatan, tidak mau makan bareng,
semua hal tidak akan mau dilakukan secara bersama-sama, bahkan buang air besar
pun mereka tidak mau sama-sama. Halah…
Sebagai
orang yang tidak mempunyai masalah dengan kedua belah pihak, dan juga tidak
memihak ke salah satu pihak. Saya mencoba untuk menjadi penengahnya. Saya
mencoba hadir ditengah permasalahaan yang ada diantara mereka, berbekal jiwa
kepahlawanan, saya buka baju kemeja dan menunjukkan lambang “S” yang ada di
dada (ngawur, ini mah gayanya superman. Hahaha). Setelah itu saya bilang
“Dengan kekuatan bulan, berubahlah kalian menjadi baikan” (klo ini gayanya
sailormoon kawan-kawan. Hahaha)
Yang
diatas ngawur solusinya. Ini yang benar. Pembacaan situasi saya pada saat itu,
anggota kelompok banyak berkomentar tentang ketua kelompok yang banyak tidur di
masjid, bukan di posko, bersama kami. Nah, masalah ini ternyata mampu
menumbuhkan jiwa persahabatan diantara cewek-cewek tadi. (maaf ya ketua, saya
gak salah). Bersekutunya sang cewek berdampak buruk bagi ketua kelompok, karena
ketua kelompok jadi musuh bersama para cewek. Hahahahaha (girang betul rasanya
kalo ingat masalah ini. Sekali lagi maaf ya ketua, saya gak salah)
4. Memberi Pengaruh
Keberadaan
saya didalam kelompok cukup memberikan pengaruh dalam pengambilan
keputusan-keputusan yang akan dilakukan oleh kelompok.
Ini
bisa terjadi karena semua cewek yang jumlahnya 5 orang didalam kelompok pasti
mengikuti apa yang saya katakan. Dampaknya, ketua kelompok pun harus meminta
tolong kepada saya ketika mengharapkan bantuan dari para cewek. Dia harus
memohon dan memelas kepada saya, berlutut didepan saya, dan memberikan saya
upeti (aduh, sihannya anak orang ae hah. Gak se-dramatis ini kok kondisinya.
Serius).
Intinya
sebagian besar anggota kelompok lebih memilih ikut dengan apa yang saya katakan
ketimbang mengikuti kata-kata ketua kelompok (kasian bener dech kondisi ketua
kelompok saya, kayak gak dihargai gitu dengan anggota kelompok). Ketua kelompok
jelas tidak bisa main-main jabatan dengan saya waktu itu walaupun saya anggota
kelompoknya. Kenapa? Karena jabatan saya lebih tinggi dari dia. Saya menjabat
sebagai Koordinator Kecamatan yang berarti cakupan kekuasaan saya lebih besar
dari dia. Hahaha…
5.
Cukup
4 aja, tidak usah banyak-banyak, karena saya anak ke 4 dari 6 bersaudara, tapi
2 diantaranya telah meninggal dunia selagi masih kecil. (gak penting)
Sampai
disini kalian sudah merasa organisasi itu penting atau tidak? Bagi yang
menjawab “Tidak” berarti kamu termasuk orang yang tidak aktif berpartisipasi
dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi.
Sebenarnya
masih banyak manfaat yang bisa kita dapatkan didalam sebuah organisasi. Yang
saya sampaikan diatas hanya sebagian kecil yang bisa kita dapatkan.
Bagi
saya aktif dalam sebuah organisasi banyak memberikan peluang untuk
bereksperimen. Dengan kata lain tujuan saya berorganisasi adalah untuk
bereksperimen. Melakukan percobaan-percobaan. Peluang ini tidak mungkin kita
dapatkan jika alur kehidupan kita sehari-hari tidak lepas dari kos à
kampus à kantin. Kita harus punya kegiatan atau
aktifitas lain mamen.
Didalam
organisasi, khususnya HMI yang saya lakukan adalah terus-menerus melakukan
eksperimen. Dan sekarang kalian bisa melihat eksperimen saya. Kalian sadar gak
kalo sekarang saya sedang bereksperimen? Sadar gak?
Saya
sekarang sedang bereksperimen untuk menjadi seorang penulis. Hehehehe….
Ini eksperimen saya. Apa eksperimen kamu?
No comments:
Post a Comment