Taman memang benar-benar indah. Berbagai
macam jenis bunga menghiasi pemandangan. Kicauan burung yang bersahutan
bagaikan nyanyian merdu curahan rasa cinta. Yang semakin meningkatkan rasa
syukur kepada Tuhan.
Binar matanya yang indah, hidungnya yang
mancung, bibir tipis yang sering tersenyum, pipi yang sangat lembut bagaikan
kulit bayi yang baru dilahirkan, dagunya bak lebah bergantung. Balutan jilbab
yang sangat rapi nan indah menambah nilai kecantikannya. Hai bidadari surga,
kekasih hatiku.
Ribuan makna yang tersampaikan melalui
tatapan mata tanpa harus mulut ini menyampaikan kata-kata untuk menyimbolkan
betapa nuansa cinta pada saat ini membuat kita mabuk. Terasa melayang tubuh
ini. Terasa dunia hanya milik kita berdua. Tatapanmu. Tatapanku. Tatapan kita
bermakna cinta.
“Man...
Arman...” Sayup-sayup terdengar ada yang memanggilku. Semakin lama suara
itu semakin jelas. Kulihat sekeliling tidak ada siapa-siapa. Yang ku lihat
hanya sesosok keindahan ciptaan Tuhan melalui seorang perempuan yang sangat
cantik. Tidak ada seorang pun selain dia yang ada bersamaku. Hanya dia.
Tiba-tiba saja dia menghilang entah kemana.
Penglihatanku seketika menjadi gelap. Hatiku pun terasa sangat sedih karena
kehilangan sosok perempuan yang sangat ku cintai itu. Badanku terasa bergoyang
goyang seperti berada didalam perahu yang terkena gelombang. Perlahan lahan
penglihatanku berubah menjadi terang, dan suara itu terus saja memanggil-manggil
namaku.
“Arman...
Arman... bangun. Sudah subuh.” Perlahan ku buka mata dan kulihat wajah yang
berbeda dari yang tadinya kulihat. Yang cantik jelita nan indah menawan
tiba-tiba berubah menjadi sosok yang sangar dan berkumis. Rupanya Iwan yang
dari tadi memanggil-manggil namaku untuk membangunkan sambil
menggoyang-goyangkan tubuhku. “Ayo
bangun. Kita sholat subuh bareng” Lanjut Iwan.
“Ah,
kenapa sih kamu bangunkan aku Wan?” Rasanya sangat mengecewakan sekali.
Yang dilakukan Iwan seketika membuat hatiku menjadi kesal kepadanya. Bagaimana
tidak? Gara-gara dia, kecantikan dan keindahan ciptaan Tuhan yang menjelma
dalam sosok seorang perempuan menghilang dengan tiba-tiba. Tanpa berpikir
rasional langsung saja rasa benci kepada Iwan menghinggapi hatiku.
“Kamu
duluan aja sana.” Langsung saja ku arahkan dia menjauh dariku karena aku
ingin mengulang kembali mimpi yang baru saja ku lalui. Kupejamkan kembali
mataku dengan harapan agar segera tertidur kembali dan bertemu dengan kekasih
hati yang cantik jelita. Ingin rasanya kupeluk erat dirinya dan tak akan
kulepaskan sepanjang hidupku. Ingin kubawa dia kealam sadarku, sehingga bisa kurasakan
kebersamaan dengan bidadari surga sebelum aku mati dan hidup di alam akhirat.
Dengan usaha yang sungguh-sungguh kupejamkan
mata, namun belum juga hilang kesadaranku. Sedangkan Iwan terus saja berusaha
membangunkan, dengan anggapan bahwa yang dilakukannya merupakan sebuah amal
untuk mengajak sesama berada dijalan kebajikan. Tetap saja kuabaikan ajakannya
karena masih berharap untuk bertemu kembali dengan bidadari surga ciptaan sang
Ilahi.
“Sudahlah
tidurnya, ayo kita sholat dulu. Setelah sholat baru lanjut lagi tidurnya”
Dengan bahasa diplomasinya Iwan terus membangunkanku dan mengajakku untuk
melaksanakan sholat subuh berjama’ah. Namun, bahasa yang dilontarkannya kali
ini membuat pikiran rasionalku bekerja sehingga mampu menimbang dengan baik.
Dan ternyata yang dikatakan Iwan ada benarnya juga, setelah sholat subuh aku
bisa tidur lagi dan bertemu kembali dengan bidadari pujaan hati.
Walaupun dengan perasaan yang sangat malas,
kupaksakan untuk membangunkan tubuhku. Ku gerakkan semua sendi-sendi untuk
merelaksasi sehingga tidak terasa kaku ketika bangun. Tubuh masih terasa sangat
berat seperti sedang mengangkat sebuah lemari yang berisi tumpukan pakaian.
Dengan usaha yang sangat keras akhirnya aku mampu membangunkan tubuhku sehingga
berada pada posisi duduk. Namun, ketika duduk entah kenapa tubuh menjadi
semakin berat, posisi tubuh perlahan-lahan menjadi miring, semakin miring, dan
terbaring kembali.
Seberat-beratnya lemari ternyata lebih berat
yang namanya rasa malas. Jarum yang kecil pun jika mengangkatnya dengan rasa
malas maka jarum itupun akan terasa menjadi berat. Begitu juga sebaliknya,
walaupun lemari itu besar ketika diangkat dengan semangat yang tinggi pada saat
kebakaran, maka lemari itupun akan menjadi sangat ringan. Secara ilmiah disini
telah terbukti adanya relativitas rasa. Seandanya saja belum ada yang
mengemukakan teori ini, berarti saya adalah penemunya. Saaaaahhhh…..
Sembari kepalaku menempel kembali ke bantal,
kucoba untuk menenangkan diri dan beristighfar mengingat Allah. Ku kumpulkan
semangat didalam diri untuk mendapatkan kekuatan sehingga mampu untuk
mengangkat tubuh dari tempat pembaringan. Dengan cepat dan seperti orang
terkejut kuangkat tubuhku. Memang dengan cara seperti ini akan lebih cepat
untuk membangkitkan kesadaran kita ketika bangun tidur dan masih mengantuk.
Tidur memang adalah suatu kondisi dimana jiwa
berpisah dari raga. Dan tingkat kesadaran manusia berada pada level bawah sadar.
Ketika seseorang berada pada level bawah sadar, orang tersebut akan sangat
mudah menerima sugesti-sugesti bagaimanapun bentuk sugestinya. Karena pada
level bawah sadar seseorang tidak akan bisa memproses sebuah informasi yang
didapat menggunakan pikiran rasional yang mampu menimbang baik dan buruk. Alam
bawah sadar seseorang hanya mampu menerima informasi dan menganggap semua
informasi yang masuk bernilai benar. Sehingga siapa pun yang mampu memasuki
alam bawah sadar seseorang maka dia akan mampu mengendalikan orang tersebut.
Iwan masih berada didekatku. Dengan sabar dia
masih tetap berusaha membangunkan aku sampai benar-benar terbangun. Dan aku pun
mengikuti arahannya untuk segera mengambil air wudhu agar kondisi kesadaranku
semakin tinggi. Air pada saat pagi memang terasa dingin dan memang akan cepat
membuat orang-orang yang sedang mengantuk kembali menjadi sadar.
Air yang dingin dipagi hari ku gunakan untuk
mensucikan diri sebelum menghadap kepada Ilahi. Ku basuh muka dengan niatan
untuk mensucikan seluruh wajahku agar penglihatan, penciuman, serta kata-kata
yang terlontar dari mulut bernilai ibadah kepada Allah. Tangan, kepala, dan
kaki semua ku sucikan dengan sentuhan air segar dipagi hari.
Semua ikut sholat berjama'ah pagi ini. Tidak
ada anggota kelompok KKN yang perempuan yang sedang kedatangan tamu bulanan.
Sholat berjama'ah subuh ini dipimpin oleh Iwan. Dengan suaranya yang merdu Iwan
melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Sungguh merdu dan sangat menyentuh hati.
Suaranya bagaikan suara Syeh Mishari Alfasy yang sering menjadi imam Masjidil
Haram di Mekah.
Wajah bidadari yang ku jumpai didalam mimpi
masih lekat di ingatan hingga saat ini. Kupanjatkan do'a kepada Allah dengan
harapan agar Allah memberikan kesempatan lagi kepadaku untuk berjumpa dengannya.
Memang keinginan ini sepertinya agak aneh, tapi apa salahnya kita serahkan
semuanya kepada yang maha Esa.
“Ya Allah ya tuhanku, engkaulah tuhan
semesta alam. Engkaulah yang maha kuasa atas segala sesuatu. Engkaulah yang
maha berkehendak. Hanya kepadamu aku menyembah dan hanya kepadamu aku memohon
pertolongan. Tunjukilah aku jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang Kau
berikan nikmat kepadanya, bukan jalan orang yang Kau murkai dan bukan pula
jalan orang-orang yang sesat.”
“Ya Allah Ya Tuhanku, sungguh keindahan yang
kau tampakkan kepada hamba tak mampu untuk hamba lupakan. Belum pernah hamba
menjumpai seorang perempuan yang sangat cantik jelita nan sangat menawan di
dunia ini seperti yang telah Kau tampakkan wujud ciptaanMu kepada hamba didalam
mimpi. Sungguh hamba telah menyaksikan keindahanMu melalui sosoknya. Mungkinkah
hamba akan menyaksikan kembali keindahan yang Engkau miliki ya Allah?”
“Hamba meminta kepadaMu ya Allah, berikanlah
izin kepada hamba untuk bertemu kembali dengan ciptaanMu yang sangat indah itu
walaupun hanya didalam mimpi. Seandainya Kau pertemukan hamba dengannya didunia
nyata, tentu itu akan menjadi jalan bagi hamba untuk meningkatkan rasa syukur
kepadaMu ya Allah.”
“Ya Allah Ya Tuhanku, sungguh Kau ada Dzat
yang maha mendengar. Tanpa hamba sampaikan permohonan ini tentu Kau sudah
mendengar suara hati ini, tentu kau sudah mengetahui semua yang ada dipikiran
ini, karena Kau Dzat yang maha tahu. Tidak ada tempat lain bagi hamba untuk
memohon dan tidak kepada siapapun hamba meminta, hanya kepadaMu ya Allah tempat
hamba menyandarkan harapan ini, hanya kepadaMu yaa Robbi harapan ini akan
menjadi indah pada waktunya nanti.”
“Ya Allah Ya Tuhanku, hanya Engkaulah Dzat
yang mampu mengabulkan harapan hamba ini. Perkenankanlah do’a hamba yang lemah
dan tiada berdaya ini ya Allah. Robbana atinafid-dunya hasanah wafil-akhirati
hasanah waqina ‘azdabannar. Amin Yaa Robbal ‘Alamin”
Lega rasanya
setelah mencurahkan segala isi hati, apalagi curhatnya kepada yang Maha Tahu,
yang Maha Mendengar. Pagi itu kurasakan ketenteraman didalam diri. Hilang sudah
rasa kecewa karena dibangunkan Iwan ketika sedang bercumbu rayu dengan bidadari
mimpi. Rasa kantuk pun menjadi hilang, dan berganti menjadi semangat yang
menggebu-gebu. Biarlah kenangan indah walaupun sesaat menjadi motivasiku untuk
menjalani aktifitas hari ini.
Banyak program KKN
(Kuliah Kerja Nyata) yang harus dituntaskan. Harus fokus dalam penyelesaiannya,
kalau tidak maka program kerja hanyalah coretan tinta yang ada di kertas belaka
tanpa adanya hasil yang nyata yang bisa dinikmati oleh masyarakat setempat. Dan
artinya sia-sia pengabdian yang telah dilakukan karena tidak memberikan hasil
yang tepat kepada masyarakat. Jika tidak bisa memberikan dampak yang baik
kepada masyarakat maka KKN kali ini tidak ubahnya seperti mainan saja, hanya
sekedar liburan, hanya senang-senang.
Setelah melakukan
senam-senam kecil untuk peregangan otot dihalaman posko aku pun duduk sebentar
untuk istirahat menghilangkan keringat, setelah keringat sudah kering barulah
mandi. Tidak lama duduk, datanglah Arina menghampiri. “Sudah selesai
senamnya Man?” Tanya Arina. “Iya. Duduk-duduk dulu sebentar sambil
ngilangin keringat, habis tu baru mandi. Teh hangat kayaknya enak nih Rin.
Ehm…hehehe” Kataku dengan berisi sindiran minta tolong ke Arina untuk
membuatkan teh hangat.
Arina memang anak
perempuan yang pengertian. Tanpa basa-basi dia langsung bangun untuk membuatkan
teh, padahal baru saja duduk. Dia bangun sambil bilang “Oya, tehnya mau
pakai gula atau gak?”, “terserah kamu saja, yang penting asal kamu yang
bikin pasti enak rasanya. Hahahaha” Sahutku sambil mengodanya. “Nanti
kalau kurang manis, liat muka ku aja ya.. hehehe..” Kemudian kita sama-sama
ketawa karena sudah biasa bercanda seperti itu.
Tidak lama Arina
pun kembali dengan membawa dua cangkir teh hangat. “Loh, aku kan pesannya
cuma satu Rin, kok kamu bawa dua?” Candaku, “Yee,, emangnya cuma kamu
aja yang mau minum, aku juga mau tau..” Sanggah Arina. Kami pun duduk
berdua di beranda posko KKN sambil berbincang-bincang. “Kok kamu ngeliatin
aku Man?” Arina heran karena aku terus melihat dia. Sebenarnya aku juga
heran kenapa hari ini rasanya aku ingin terus melihat dia, tidak ada alasan
yang bisa ku sampaikan karena aku pun tidak tahu. Makanya aku jawab sekenanya
saja “Kan biar tehnya terasa manis Rin. Hehehe..”.
Tiba-tiba Arina
bercerita bahwa tadi malam dia bermimpi, dan mimpinya itu masih teringat dengan
jelas sampai sekarang. Perempuan tomboy yang polos yang berpenampilan apa
adanya ini memang sering bercerita tentang apa saja yang telah dia alami,
termasuk mimpi. Walaupun dia termasuk cewek tomboy, namun dia tidak asing
dengan pekerjaan-pekerjaan dapur. Setiap dapat jadwal piket dia yang selalu
mengarahkan saya untuk mengerjakan ini dan itu, karena kami adalah partner
piket dalam kelompok KKN ini.
“Eh,
Man. Tadi malam aku mimpinya seru loh” Arina mulai cerita.
“Oya,
gimana mimpinya? Kalau mimpimu seru, aku juga mau cerita tentang mimpiku ni.”
Kutanya dengan rasa penasaran.
“Tadi
malam aku mimpi indah sekali. Tau nggak, tadi malam aku mimpi lagi jalan-jalan
ditaman dengan cowok ganteng banget. Ditaman itu aromanya harum karena
bunga-bunganya sedang mekar. Kicauan burung saling bersahutan bagaikan
menyanyikan lagu cinta. Suasana penuh cinta sedang kunikmati sekarang. Duh
romantis banget dah pokoknya.” Arina sangat antusias ketika menceritakan
mimpinya itu. Tiba-tiba aku merasa aneh dengan cerita mimpi yang disampaikan
Arina itu. Dan cerita mimpi Arina ini membuat ku semakin penasaran untuk
mendengar kelanjutan ceritanya. “Terus..
Terus..”.
“Terus
kami berdua duduk dibawah pohon yang rindang. Tidak ada sepatah katapun yang
kami ucapkan. Entah kenapa tanpa berkata-kata kami bisa saling memahami satu
dengan yang lain. Kami berdua berjalan mengelilingi taman. Terus… terus…
terus.. aku lupa kelanjutannya. Hehehe..” Cerita Arina terpotong. “Terus kalian berkeliling taman sambil
pegangan tangan. Sesekali kalian saling menatap satu sama lain. Sambil berjalan
tak henti-hentinya kalian tersenyum karena bahagia.” Aku coba untuk
melanjutkan ceritanya.
“Iya..
iya.. betul…betul… loh?” Seketika Arina menjadi kelihatan kaget dan bingung
karena aku tahu jalan ceritanya. Dengan ekspresi wajah yang penuh tanda tanya “Kok kamu tau Man?”. Pertanyaannya
kuabaikan saja dan kulanjutkan ceritanya “Sedang
bahagia-bahagianya berada dalam suasana yang penuh dengan cinta, tiba-tiba kamu
kehilangan sosok pangeran itu. Dan pada saat itu kamu merasa sangat sedih
sehingga ingin rasanya menangis karena kebahagiaan yang telah kamu dapatkan
tiba-tiba menghilang. Sosok orang yang kamu cintai menghilang entah kemana.”
Arina menjadi heran dan terkejut mendengar
aku menceritakan mimpi yang telah dia alami. Dia tidak menyadari bahwa aku
tidak menceritakan mimpi yang telah dia alami, tetapi aku hanya menceritakan
mimpi yang telah aku alami. Arina masih kelihatan bingung, matanya hampir tak
berkedip melihat kearahku. Mulutnya sedikit terbuka, tanpa dia sadari air
liurnya meleleh disudut bibirnya.
“Kok
kamu bisa tau ceritanya Man?” Arina mengulang kembali pertanyaannya sambil
mengelap dagu dan bibirnya karena dibasahi air liur. Arina menjadi kelihatan
malu. Memang orang yang sangat polos. “Sebenarnya
itu cerita mimpiku Rin.” Setelah mendengar jawabanku seketika Arina menjadi
semakin terkejut. “Serius Man?”, “Iya, serius. Masa’ aku bisa tau mimpimu?”.
“Apa mungkin mimpi kita itu?” Arina
coba menduga-duga, jangan-jangan mimpi kami sama.
“Mungkin
apanya?” Aku coba memperjelas dugaannya. “Mimpi kita sama Man. Kita bertemu didalam mimpi. Yang kulihat adalah
kamu dan yang kau lihat adalah aku” Lanjut Arina. Aku terdiam sejenak
memikirkan kemungkinan itu. “Iya ya. Bisa
jadi sih”. Seketika rasa malu menghinggapi kami. Entah kenapa suasana
menjadi berbeda dari sebelumnya. Yang sebelumnya terasa santai dan biasa-biasa
saja berubah menjadi suasana yang lain. Ada perasaan-perasaan yang dalam
sekejap menyusup kedalam hati.
Kucoba berpikir kembali, mengolah kembali
informasi-informasi yang telah tersimpan didalam otak dan menyesuaikan dengan
informasi yang baru saja didapat sehingga kudapatkan sebuah kesimpulan. “Oh, pantas saja ketika melihat Arina
seakan-akan aku ingat akan sesuatu. Pantas saja aku merasa heran seakan-akan
ada sesuatu yang aku ingat dari dirinya, tapi tidak tahu apakah sesuatu itu. Oh
ya.. ya.. ya.. Ternyata Arina lah yang kutemui didalam mimpi tadi malam.
Ternyata Arina lah sosok keindahan ciptaan Allah yang ditampakkan kepadaku
dalam mimpi itu.” ucapku dalam hati.
Tiba-tiba saja aku terkejut karena menyadari
sesuatu. “Subhanallah.. Subhanallah..
Subhanallah.. Ternyata Allah dengan cepat menjawab do’aku. Ternyata Allah telah
mengabulkan do’aku.” Tak terasa, ternyata aku mengucapkannya setengah
berteriak sehingga membuat Arina yang duduk disampingku menjadi terkejut dan
langsung bertanya “Ada apa Man? Ada apa?”.
“Allah telah menjawab do’aku. Iya, Allah
telah menjawab do’aku.” Tanpa berpikir panjang langsung ku jawab saja
pertanyaannya dengan penuh semangat dan bahagia. “Do’a apa?” Arina kembali bertanya.
Kujelaskan kepadanya tentang do’a yang telah
kupanjatkan kepada Allah setelah sholat subuh berjama’ah tadi. Kujelaskan
kepadanya ketika menyampaikan do’a itu perasaanku sangat sedih karena dengan
tiba-tiba aku kehilangan sosok ciptaan Allah yang sangat indah, sangat cantik
yang kutemui didalam mimpiku. Dan aku minta kepada Allah untuk mempertemukanku
kembali dengan ciptaannya itu. Walaupun didalam mimpi. “Kamu tau Rin, ternyata Allah sangat penyayang dengan hambanya. Allah
telah mempertemukanku dengan ciptaannya itu. Bukan dalam mimpi, tapi didunia
nyata. Ini sungguh nyata Rin.” Dengan nada penuh semangat kujelaskan
tentang do’aku yang telah nyata dikabulkan oleh Allah SWT.
Arina tersipu malu melihat aku dengan
semangat yang tinggi menceritakan nikmat Tuhan yang baru saja kudapatkan.
Mukanya kelihatan agak memerah. Sepertinya Arina pun merasakan hal yang sama
seperti yang sedang kurasakan. Dan setelah kuperhatikan dengan seksama,
ternyata Arina memang cantik, binar matanya indah, hidungnya mancung, bibir
tipis dan sering tersenyum, pipi juga lembut bagaikan kulit bayi yang baru dilahirkan,
dagunya bak lebah bergantung. Balutan jilbabnya juga rapi. Baru kusadari Arina
memang sesuai seperti yang kulihat didalam mimpi itu.
“Kumpul..
Kumpul.. Rapat.” Suara Iwan memecah suasana syahdu yang terbangun antara
aku dan Arina. Iwan mengajak seluruh anggota kelompok KKN berkumpul untuk
membahas program kerja yang akan kami kerjakan hari ini. Kami pun bergegas
bangkit dari duduk dan menghampiri Iwan sambil membawa teh yang belum habis
kami minum.
Semua anggota kelompok pun berkumpul dan
duduk lesehan dengan membentuk sebuah lingkaran. Iwan menyampaikan bahwa
program kerja yang harus dilaksanakan hari ini adalah melakukan pendataan semua
warga yang ada didesa. Pendataan ini dilakukan guna membantu pemerintah daerah
untuk mengetahui perkembangan penduduk yang ada di desa-desa yang berada
diwilayah kekuasaannya.
Iwan telah menyiapkan lembaran-lembaran
kuisioner yang akan digunakan untuk mendata warga. Kemudian dia membagi
kelompok menjadi sebuah tim-tim kecil. Dan terbentuklah lima tim kerja yang
satu tim terdiri dari dua orang karena jumlah anggota disetiap kelompok KKN
adalah sepuluh orang. Dan Iwan menunjuk lima orang untuk menjadi ketua tim. Aku
adalah salah seorang yang ditunjuk untuk menjadi ketua salah satu tim. “Silahkan masing-masing ketua tim untuk
memilih partner kerjanya” Inilah kebijakan yang dibuat oleh Iwan selaku
ketua kelompok KKN.
Tanpa berpikir panjang aku langsung saja
melihat Arina dan mengajak dia untuk bergabung dan menjadi partner kerjaku
dalam mendata warga desa. Khawatir juga kalau keduluan oleh yang lain,
bisa-bisa hilang semangat untuk menjalankan aktifitas. “Arina, kamu yang temani aku ya?”, “temani apa? Kemana?”, “Temani
aku ya..?!”, “Oh, boleh.. boleh..”,
“Temani aku menjalani sisa hidupku
didunia ini”. Arina terdiam sejenak kemudian menjawab “Bisaaa…”.
“Cie…
Cie… Cie…” Serentak semua teman-teman mengejek kami. “Wah, ada yang jadian kayaknya ni. Ehm…” Celetukan Iwan membuat muka
Arina menjadi merah. Dia malu-malu jadinya. Akupun merasa demikian. “Ah, biar saja diejekin yang penting aku
telah mendapatkan bidadari ciptaan Sang Ilahi yang indah menawan” Gumamku
dalam hati. Dan aku berharap Allah memberiku kekuatan untuk selalu mensyukuri
nikmat yang telah Dia berikan kepadaku.
Tanpa ada rasa beban sedikitpun dalam
melaksanakan tugas, Aku dan Arina berangkat untuk melakukan pendataan warga
desa. Jalan berdua mengulang kembali kisah yang telah terputus di alam mimpi.
Terputusnya kebersamaan kami di alam mimpi yang kemudian dilanjutkan ke alam
nyata. Inilah kekuasaan Sang Ilahi, Dialah yang Maha Indah, Dialah yang Maha
Kasih dan Sayang, Dialah Sang Maha Cinta.
Ring of the Vikings by The Tithonic
ReplyDeleteRing price of titanium of the Vikings where can i buy titanium trim by The Tithonic is titanium pot a medieval Norse-themed and original titanium build piece of artwork created by David titanium rod in leg Paich for the Xbox Game Pass in August