NEWS

Tuesday, November 5, 2019

Atasan Vs Bawahan

Atasan secara sederhana dapat diartikan seperti baju, yang biasa dipakai dibagian atas. Sedangkan bawahan itu seperti celana atau yang biasa dipakai dibagian bawah. jadi, yang akan dibahas sekarang adalah tentang pakaian. Aduh,,, apaan ini? Yang dipikiran apa, yang ditulis apa. Gak sinkron...

Baiklah....Sekarang....Fokus....

Dalam struktur sebuah organisasi biasanya sudah di peta-kan bagian-bagian dari pekerjaan, dan orang yang bertanggung jawab terhadap bagian/bidang tersebut pun sudah ditentukan. Didalam struktur tersebut ada yang disebut sebagai atasan da nada pula yang disebut sebagai bawahan.

Pada struktur globalnya terdapat atasan dan bawahan, dan pada struktur lokalnya pun ada atasan dan bawahan. Jika kita ambil contoh sebuah perusahaan, maka yang jadi atasan disebut direktur atau sejenis. Jika kita ambil contoh orgagnisasi sosial, maka yang jadi atasan disebut sebagai ketua atau ketua umum atau yang lain. Itu jika dilihat dari struktur globalnya.

Jika dilihat dari struktur lokalnya maka didalam struktur organisasi terdapat bagian-bagian atau bidang-bidang yang beranggotakan beberapa orang. Yang disebut atasan disini biasanya adalah coordinator, pimpinan divisi atau departemen, atau yang lain.

(Catatan : Istilah struktur global dan struktur local hanyalah istilah buatan sendiri supaya menjadi pembeda didalam pembahasan)

Idealnya dalam sebuah organisasi, anggota-anggotanya harus bisa memposisikan diri sebagaimana tugas yang sudah diberikan kepadanya. Agar organisasi dapat berjalan dengan baik. Namun jika dilihat di dunia nyata, sesuatu yang ideal itu sangat susah ditemukan.

Sepengalaman saya bekerja di perusahaan, hal-hal yang janggal acap kali ditemukan. Misalnya :
  1. Atasan yang sering main perintah
  2. Atasan yang sering mencari kambing hitam
  3. Atasan yang tidak sadar bahwa posisinya adalah atasan
  4. Atasan yang kadang dan atau selalu bingung dalam membuat keputusan
  5. Atasan yang kurang mampu membuat sebuah penjelasan yang tepat
  6. Untuk atasan itu dulu dah kayaknya.
  7. Bawahan yang sering cari muka
  8. Bawahan yang merasa lebih mampu dari atasan sehingga enggan menerima tugas
  9. Bawahan yang merasa lebih pintar dari atas sehingga sering jalan sendiri dalam bekerja tanpa koordinasi.
  10. Bawahan lambat dalam memahami sebuah perintah.
  11. Bawahan yang sering meminta
  12. Itu saja kayaknya untuk bawahan biar adil.

Hal-hal tersebut diatas terjadi sebenarnya hanya karena orang-orang pada posisi tersebut tidak memahami secara mendalam tentang posisi mereka. kita coba ambil sebuah contoh disini. misalnya ada seorang karyawan (bawahan) yang meminta izin kepada atasanya untuk tidak masuk kerja karena sebuah alasan, dan atasan tidak memberikan izin tersebut.

Bawahan : "Permisi pak,"
Atasan : "Ya, ada apa?"
Bawahan : "Begini pak, saya mau minta izin gak mulai besok? karena saya ada urusan keluarga."
Atasan : "Berapa hari? dan urusan keluarga yang seperti apa?"
Bawahan : "Ya sekitar 5 hari lah pak, ada acara potong ayam di tempat sepupu dari ipar teman istri saya. kira-kira bisa kah pak?"
Atasan : "Waduh, untuk pekerjaan disini siapa yang gantikan nanti? kan si SunGokong lagi cuti." Menggunakan nama samaran
Bawahan : "Untuk pekerjaan saya prediksikan dalam 5 hari kedepan tidak ada pekerjaan yang besar pak. kalaupun ada, setelah saya masuk, saya akan selesaikan dengan segera."
Atasan : "Wah, susah eh pak. kalau tiba-tiba ada kerjaan mendadak disini gimana? nanti gak ada yang ngerjain."
Bawahan : "Tolonglah pak, saya harus hadir diacara itu."
Atasan : "Nantilah saya pikir-pikir dulu. Saya diskusikan dulu dengan pimpinan diatas saya."

Harusnya sih agak dramatis gitu percakapannya, tapi berhubung udah mau pulang kantor jadi sampai disitu saja percakapannya yang menghasilkan sesuatu yang menggantung. Jika anda mengalami kondisi yang terjadi seperti diatas apa yang akan anda lakukan dan bagaimana? Sebagai atasan maupun bawahan.

Menurut saya, sebagai bawahan pada umumnya tidak terlalu menginginkan yang macam-macam dari permohonan yang telah disampaikan (sebagaimana contoh diatas). Bawahan hanya menginginkan kepastian apakah permohonannya disetujuai atau tidak. itu saja (walaupun ada usaha lebih jika tidak disetujui.

No comments:

Post a Comment