NEWS

Friday, January 31, 2014

Kata Hati, Haruskah Dituruti?

Banyak orang-orang yang memberikan nasehat kepada kita untuk mengikuti kata hati ketika kita sedang dalam kebingungan. Turutilah kata hatimu sendiri, itulah yang terbaik untukmu. Kata-kata yang sejenis inilah yang sering kita dapatkan.

Bahkan ada seorang teman yang mengaku bahwa dia masing bingung, apakah harus mengikuti kata hatinya ataukah tidak? Kira-kira kenapa dia masing bingung seandainya kata hati itu datangnya dari Allah? Apakah Allah menginginkan yang buruk buat hambaNya?  Kan Allah mencintai hambaNya, tentunya Dia menginginkan yang baik-baik buat hambaNya.

Coba kita berandai-andai sejenak dengan asumsi semua kata hati kita turuti. Seandainya kata hati menyuruh kita untuk membaca buku, kita akan membaca buku dan ilmu kita akan bertambah. Seandainya kata hati menyuruh kita untuk sholat, kita akan segera untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat, tentunya kita dapat pahala. Seandainya kata hati menyuruh kita untuk mencuci pakaian, kita pasti akan segera mengumpulkan pakaian yang kotor terus mencucinya, dan pakaian pun akan bersih semua. Eh, boleh nitip gak? Cucikan bajuku juga donk. Hihihi.

Terus seandainya kata hati menyuruh kita untuk mencuri, kita pasti akan mencari trik-trik jitu untuk mengambil barang orang lain sehingga tidak bisa diketahui bahkan untuk dideteksi pun tidak bisa. Seandainya kata hati menyuruh kita untuk berzina, dengan segera kita akan mencari lawan jenis untuk melakukan perbuatan yang diinginkan. Seandainya kata hati menyuruh kita untuk berbohong, kita pun pasti akan memasang ekspresi muka yang meyakinkan sehingga kebohongan yang kita sampaikan bisa dianggap sebagai kebenaran.


Sampai disini kira-kira apakah kita masih mau terus mengikuti kata hati? Yang mau terus mengikuti kata hati boleh. Yang tidak mau mengikuti kata hati juga boleh. Siapa yang larang? Semua terserah kita. Yang pasti setiap yang kita lakukan mempunyai konsekuensi. Berbuat baik dapat pahala. Berbuat jahat dapat dosa. Itu hukum agamanya yang tidak terlihat akibat dari apa yang kita lakukan. 

Dan hukum alamnya (sunnatullah), akibat yang dapat kita lihat sederhana sekali. Membaca buku akibatnya ilmu bertambah, sholat akibatnya akan merasakan ketenangan, cuci pakaian akibatnya pakaian jadi bersih. Mencuri akibatnya merugikan orang lain, tapi kalau ketahuan bisa dipukuli orang sekampung. Berzina akibatnya nafsu tersalurkan, tapi kalau ketahuan, malunya tiada terkira sampai-sampai tidak tahu muka harus ditaruh dimana (taruh aja dicobek biar bisa di ulek jadi sambel rujak). Berbohong akibatnya tidak akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain.

Masih banyak hukum alam yang belum kita ketahui sebagai akibat dari perbuatan kita, dan itu menuntut kita untuk terus belajar agar kita bisa mengetahui akibat dari perbuatan yang akan kita lakukan. Tentu sangat tepat sekali Rasulullah mengajarkan kepada umat Islam dengan sabdanya: “Menuntut ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”.


Apa hati bisa berkata-kata?

 Semua kita pasti sudah pernah merasakan tanpa mengeluarkan kata-kata dengan mulut kita bisa mengetahui secara sadar bahwa kita sedang berkata-kata. Contohnya ketika kita membaca buku, tanpat mulut berkomat-kamit pun kita dapat mengeja kata-kata yang tertulis didalam buku. Hal itu lazim kita sebut sebagai berkata dalam hati.

Kemudian kita juga pasti pernah mengalami yang namanya berdiskusi dengan diri sendiri. Seakan-akan kita mempunyai teman diskusi, yang satu memberi pertanyaan dan yang satu menjawab pertanyaan. Dan tidak jarang kita mendapatkan solusi dari hasil diskusi kita dengan diri sendiri itu. Tiba-tiba saja sebuah kata yang menjadi kunci penyelesaian masalah yang sedang kita hadapi bisa muncul. Aneh memang rasanya.

Ada juga yang kita rasakan dari hati sebuah kecenderungan. Misalnya saja ada dua buah pulpen berwarna, yang satu berwarna hijau dan yang lain berwarna hitam dan kita disuruh memilih salah satunya. Tiba-tiba saja kita memilih pulpen berwarna hijau karena kecenderungan hati kita untuk memilihnya. Dan jika ditanya, paling dijawab: ya pengen aja.

Itulah yang pada umumnya disebut sebagai kata hati. Tanpa mulut berkomat-kamit tapi bisa berkata-kata. Serasa ada teman berdiskusi walaupun sedang sendiri. Dan adanya kecenderungan dalam menentukan pilihan. Dan pada umumnya kita menganggap proses itu terjadi di hati dalam artian secara fisik.

Didalam ilmu biologi dijelaskan fungsi hati sebagai berikut:
1.     Mengatur
a.      Mengatur jumlah karbohidrat yang ada didalam tubuh.
b.     Menjaga agar glukosa darah tetap terjaga alias tidak jauh dari 90 mg/dl.
c.      Menyeimbangkan jumlah lemak dalam tubuh.
d.     Mengatur keseimbangan asam amino, asam lemak, trigliserida, dan kolesterol.
e.      Mengatur sirkulasi hormon.
2.     Memproduksi dan atau mensekresi
a.      Memproduksi empedu dan mensekresi empedu.
b.     Memproduksi protein plasma didalam tubuh manusia.
3.     Membersihkan
a.      Membersihkan zat-zat berbahaya, contohnya bekas obat.
b.     Membersihkan antibodi residu (sisa)
4.     Memakan
a.      Memakan antigen (dilakukan oleh sel-sel hepar)
b.     Memakan (memfagosit) mikroorganisme
5.     Menyimpan
a.      Menyimpan vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, K) dan vitamin B12.
b.     Menyimpan mineral didalam tubuh
6.     Memproses
Memproses emulsi lemak.
7.     Menghentikan
Menghentikan kerja obat (inaktivasi obat)

Tidak terdapat sebuah fungsi yang menunjukkan aktifitas hati yang bisa berkata-kata.


Cara Kerja Otak Manusia

Otak manusia mengolah data (informasi) yang didapat melalui semua indera yang dimilikinya dan hasil olahan data tersebut akan menghasilkan output yang disebut persepsi yaitu pemahaman kita terhadap suatu informasi. Untuk menghasilkan sebuah persepsi otak bekerja dengan mencocokkan data yang didapat dengan kumpulan data yang telah tersimpan didalam memori otak. Ketika tidak ditemukan data yang cocok maka data yang baru akan langsung disimpan ke dalam memori otak.

Agus Mustofa didalam bukunya Energi Dzikir Alam Bawah Sadar menyatakan bahwa persepsi yang berada di kawasan dunia dalam (otak) membentuk mekanisme bolak-balik dengan dunia luar (realita). Persepsi terbentuk karena fakta-fakta di dunia luar ditransfer oleh sistem sensorik ke dunia dalam. Setelah terbentuk persepsi, hasilnya akan ditransfer lagi ke dunia luar untuk memicu terjadinya kesuksesan, kegagalan, atau kombinasi antara keduanya. Lantas, dipersepsi lagi oleh dunia dalam membentuk persepsi yang baru. Demikian seterusnya, sehingga terjadi proses yang dinamis sepanjang hidupnya.

Proses terbentuknya persepsi berada pada sistem limbik yang terletak dibagian dalam otak manusia. Pembentukan persepsi melibatkan proses ilmiah lewat logika, rasionalitas, analisa, dan memori jangka pendek. Tetapi, jika persepsi yang sama terus berulang, maka persepsi itu akan dikirim ke memori jangka panjang di alam bawah sadar. Kemudian akan menjadi sebuah kebiasaan, dan berlanjut menjadi kepribadian yang lebih permanen.

Ketika suatu persepsi sudah disimpan ke memori jangka panjang yang menjadi kebiasaan, disinilah yang kita rasakan adanya sebuah kecenderungan dalam diri. Tentu kita akan lebih condong kepada kebiasaan yang telah kita miliki. Karena sudah tersimpan dialam bawah sadar maka serta merta emosional akan turut ambil bagian dalam proses menimbang ketika ada kebiasaan yang tidak dilakukan.

Kebiasaan bagaikan sebuah hukum atau aturan yang telah kita buat sendiri, dan lebih hebat dari hukum negara. Pelanggaran sebuah kebiasaan bisa mengakibatkan rasa bersalah, paling tidak ada kejanggalan yang kita rasakan. Orang yang terbiasa sikat gigi sebelum mandi akan merasa janggal ketika sikat gigi setelah mandi. Orang yang terbiasa bekerja dengan menggunakan tangan kanan pasti akan merasa janggal ketika bekerja menggunakan tangan kiri. Berbeda ketika orang menerobos lampu merah, dia akan merasa bangga melanggar aturan lalu lintas.


Qalbu Itu Adalah Poros Otak - Jantung

Poros Otak-Jantung bersebagai amplifier getaran yang bersumber di Sistem Limbik agar bisa dirasakan secara nyata di dalam rongga dada. Poros Otak-Jantung inilah yang menjadi penjelas, kenapa di dalam Al-Qur’an disebutkan Qalbu itu berada di dalam dada, bukan di otak. Karena secara awam, memang getaran itu terasa di rongga dada.

Istilah Hati di dalam Al-Qur’an bukan hanya Qalbu melainkan juga Fu-aad. Jika Qalbu merujuak ke dalam dada, maka Fu-aad merujuk kepada kecerdasan hati yang ada di otak. Yakni, di Sistem Limbik. Poros Otak-Jantung inilah yang secara awan kita menyebutnya sebagai hati.


Tingkat Kesadaran Manusia

Tingkat kesadaran manusia itu terbagi dalam tiga bagian yaitu: Alam Sadar, Alam Bawah Sadar, dan Alam Tak Sadar.

Alam Sadar adalah alam dimana kita bisa menyadari segala peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Baik yang terjadi pada diri sendiri, maupun orang lain, dan peristiwa-peristiwa yang kita alami sehari-hari. Disinilah alam dimana kita berpikir secara sadar berdasarkan kerja panca indera kita. Seperti: melihat, mendengar, membau, meraba, dan mengecap.

Alam Bawah Sadar adalah alam dimana kondisi pikiran kita tidak bekerja secara sadar sepenuhhnya. Misalnya, terkait kerja paru-paru dan jantung. Dikondisi ini kita hanya bekerja setengah sadar. Terkadang kita bisa merasakan keluar masuknya udara pada waktu kita bernafas, tetapi terkadang juga kita tidak merasakannya. Misalnya pada saat tertidur lelap, paru-paru kita masih bekerja untuk bernafas walau tanpa kita sadari.

Alam Tak Sadar merupakan sebuah wilayah yang sangat fundamental untuk mengatur kehidupan manusia. Dan sudah pasti manusia tidak akan menyadarinya karena alam ini berada pada tingkat seluler. Seluruh peristiwa yang terjadi pada sel-sel manusia berada pada alam ini.


Prinsip Kerja Alam Bawah Sadar

Pada prinsipnya cara kerja alam bawah sadar adalah menerima semua informasi yang masuk tanpa harus melakukan penyeleksian baik atau buruknya informasi yang diterima. Tidak ada proses filterisasi. Alam ini menganggap bahwa semua informasi yang diterima adalah benar. Jika diberikan perintah maka yang dilakukan hanya mengikuti perintah tanpa bisa melawan.

Pada proses pengolahan informasi didalam otak yang menghasilkan sebuah persepsi, maka persepsi itu akan disimpan kedalam memori jangka pendek. Ketika informasi yang sama masuk kedalam otak dan menghasilkan persepsi yang sama secara berulang-ulang maka persepsi itu akan disimpan kedalam memori jangka panjang. Dalam proses berpikir, data yang ada pada memori jangka panjang inilah yang diambil yang kita rasakan sebagai sebuah kecenderungan.

Misalnya dalam kita beraktifitas kita sering mengunakan tangan kanan, maka dalam beraktifitas kita akan cenderung menggunakan tangan kanan untuk bekerja. Kita akan merasa janggal ketika bekerja dengan menggunakan tangan kiri.

Contoh lainnya, dalam kehidupan sehari-hari kita selalu melaksanakan sholat lima waktu secara rutin. Dengan bahasa yang berbeda berarti kita telah memasukkan informasi yang sama kepada otak kita secara berulang-ulang sehingga aktifitas sholat lima waktu akan tersimpan kedalam memori jangka panjang di otak kita dan akan menjadi sebuah kecenderungan dalam kehidupan kita.

Tentunya akan susah bagi kita untuk melawan kecenderungan itu. Susah untuk tidak mengikuti persepsi yang sudah tersimpan di alam bawah sadar. Dampak yang terjadi ketika kita melawan kecenderungan itu adalah munculnya perasaan yang tidak normal, seperti rasa bersalah, rasa janggal, dan lain sebagainya.


Alam Bawah Sadar Bisa Dibajak

Percaya atau tidak ternyata alam bawah sadar bisa dibajak. Didalam alam bawah sadar bisa dimasukkan persepsi-persepsi yang sudah jadi (tanpa olahan dari otak) melalui indera kita. Contoh yang sudah tidak asing lagi untuk kita sekarang ini adalah denga cara hipnotis.

Polanya hipnotis adalah membuat orang berada dalam kondisi rileks, tenang, dan nyaman. Setelah berada kondisi yang rileks, barulah penghipnotis melanjutkan dengan memasukkan informasi ke alam bawah sadarnya. Dan tentunya orang yang dihipnotis akan menuruti semua yang dikatakan oleh penghipnotis.

Jika kita singgung ke sistem limbik di otak kita, yang terjadi adalah kerja otak di dominasi oleh amygdala (mengolah informasi secara emosional) sedangkan hipocampus (mengolah informasi secara rasional) di non-aktifkan. Bagi siapa saja yang bisa memasukkan informasi ke alam bawah sadar seseorang maka dia akan bisa menguasai orang tersebut. Yang dirasakan oleh orang yang bersangkutan adalah sebuah kecenderungan ketika berada dalam kondisi sadar.

Siapa saja yang bisa memberikan informasi ke alam bawah sadar kita? Allah, Setan, dan Penghipnotis. Nah, disini ketika dalam kondisi sadar kita akan berpikir yang mana yang harus diikuti?

Jadi ingat pertanyaan teman tentang jodoh. Dia bilang “Aku harus ikutin yang mana? Kata hatiku atau hasil pikiranku?”. Yang dibilang kata hati itu sebetulnya adalah kecenderungan yang tersimpan dialam bawah sadarnya, sedangkan hasil pikiran itu adalah hasil olahan otak rasionalnya dari informasi-informasi nyata yang dia temui. Jawaban dari pertanyaan itu sebenarnya sederhana tapi menggantung, “tergantung keyakinan”.


Tingkatan Keyakinan Manusia

Keyakinan manusia dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: ‘Ilmulyaqin, ‘Ainulyaqin, dan Haqqulyaqin.

‘Ilmulyaqin (keyakinan didapat berdasarkan pengetahuan) merupakan level keyakinan tingkat pertama. Pada level ini orang bisa meyakini sesuatu berdasarkan kepada informasi-informasi yang telah didapatkan. Bisa diberitahu orang lain ataupun dengan membaca buku. Pada level keyakinan ini orang bisa menjadi ragu ketika mendapatkan informasi yang bertentangan mengenai sesuatu.

‘Ainulyaqin (keyakinan yang didapat ketika telah menyaksikan sendiri) merupakan level keyakinan tingkat kedua. Pada level keyakinan ini kita bisa semakin yakin karena telah menyaksikan sendiri sesuatu yang ingin diketahui. Pada level keyakinan ini sudah tidak ada keraguan lagi karena kita sudah melalui proses melihat dan mengalami sendiri apa yang ingin diketahui.

Haqqulyaqin (keyakinan yang sesungguhnya) merupakan level keyakinan tingkat ketiga atau level paling tinggi. Pada level ini sudah tidak mungkin ada keraguan yang menghinggapi karena kita telah mengetahui sesuatu secara lebih mendetail dan juga sudah menyaksikan dan mengalami.

Untuk memahami tingkatan keyakinan itu, mari kita buat analogi yang sederhana sehingga memudahkan kita dalam memahaminya. Kita asumsikan bahwa si A tidak mengetahui sama sekali mengenai komputer. Kemudian si B memberitahukan bahwa didalam PC (Personal Compter) ada processornya.

Pada posisi ini si A berada pada level ‘Ilmulyaqin, keyakinan tingkat pertama. Karena baru pertama kali mendapatkan informasi tersebut, mau tidak mau si A menganggap didalam PC memang ada yang namanya processor. Kemudian si C memberikan informasi kepada si A bahwa didalam PC itu tidak ada yang namanya processor. Lalu disini muncul keraguan pada si A karena mendapatkan informasi yang bertentangan. Si B menyebutkan ada sedangkan si C menyebutkan tidak ada. Mana yang benar?

Pada keyakinan tingkat pertama ini kita akan sering merasakan kebingungan jika kita mendapatkan informasi yang bertentangan seperti diatas. Berbeda jika si C juga mengatakan bahwa didalam PC ada processor, maka si A pasti akan tetap berkeyakinan bahwa memang benar didalam PC ada processor.

Kemudian si D mengajak si A untuk membongkar PC untuk melihat kondisi yang ada didalam PC tersebut. Lalu si D juga menunjukkan kepada si A bahwa didalam komputer ada processor. Pada posisi ini si A berada pada level ‘Ainulyaqin, keyakinan tingkat kedua. Karena telah melihat sendiri ternyata didalam PC memang terdapat benda yang bernama processor.

Setelah PC tersebut dibongkar si D menjelaskan kepada si A semua komponen yang ada didalam PC tersebut beserta fungsi-fungsinya. Dengan penjelasan yang didapat dari si D, maka si A telah mengetahui bahwa didalam PC itu terdapat komponen yang bernama processor yang berfungsi untuk memproses semua input sehingga menghasilkan sebuah output. Dan tidak hanya itu, ternyata didalam PC juga ada komponen yang bernama harddisk yang berfungsi untuk menyimpan data, RAM yang berfungsi untuk membantu kinerja processor sebagai media penyimpanan data sementara, motherboard yang sudah dirancang sedemikian rupa sebagai jalur lintasan listrik sehingga dapat menghubungkan antara komponen satu dengan yang lainnya, dan seterusnya.

Pada posisi ini si A berada pada level Haqqulyaqin, keyakinan tingkat ketiga. Pada posisi ini si A tidak hanya yakin bahwa memang benar didalam PC ada processor, tetapi lebih dari itu. Dia telah mengetahui semua informasi yang lebih detail tentang komponen-komponen yang ada didalam PC.


Keyakinan Tergantung Pada Pengetahuan

Saya kira tidak berlebihan jika dikatakan semakin banyak kita tahu maka semakin meningkat pula keyakinan kita. Semakin banyak kita mengetahui informasi maka semakin dekat pula kita dengan kebenaran informasi.

Orang yang tidak mempunyai pengetahuan kira-kira apa yang mau dia yakini? Seandainya saja kita tanyakan kepada orang-orang pedalaman yang tidak tahu sama sekali tentang kemajuan teknologi, yang kerjaannya setiap hari hanya berburu dengan tombak. Tiba-tiba kita tanya, “Kamu yakin gak komputer itu ada?” Kira-kira apa yang akan terjadi? Mungkin sambil menggaruk kepala orang-orang itu akan menjawab “Komputer itu apa ya? Sejenis rusa itu ya?” Gdubrak…!!!

Berbeda ketika pertanyaan yang sama kita sampaikan kepada ahlinya, orang yang sudah mempunyai penemuan dan ikut andil terhadap perkembangan teknologi. Lalu kita tanya “Apakah anda yakin komputer itu ada?” Kira-kira orang itu akan jawab apa? “Apa pertanyaan anda tidak salah?”. (Woy, Profesor yang lu tanya tu). Seandainya dia menjawab pertanyaan itu, dia tidak hanya menjawab ya atau tidak. Tapi, dia akan menjelaskan sedetail-detailnya mengenai komputer. (mungkin penjelasannya bercampur dengan caci-maki karena pertanyaan yang disampaikan terasa menghina sekali).

Untuk menekankan kembali, saya kira sangat tepat ketika Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”. Suatu prinsip yang sangat mendasar yang diajarkan Rasul kepada kita supaya mampu mengemban amanah dari Allah sebagai khalifah fil ardh.


Prinsip Berkeyakinan

Ketika kita mempunyai sebuah keyakinan tentunya kita ingin kalau keyakinan yang kita pegang itu adalah benar. Sebuah keputusan yang kita ambil berdasarkan keyakinan juga benar. Sebagai ummat Islam, nasehat yang lazim kita dengar adalah “Ikutilah Al-Qur’an dan As-Sunnah”.

Bagaimana caranya agar Al-Qur’an dan As-Sunnah bisa kita jadikan landasan untuk keyakinan kita? Masukkan semua informasi yang ada didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah kedalam alam bawah sadar kita. Secara teori caranya sangat mudah. Secara praktek perlu kekonsistenan. Apa itu? LATIHAN untuk menghasilkan KEBIASAAN.

Semakin banyak kita memasukkan informasi Al-Qur’an dan As-Sunnah kedalam alam bawah sadar kita maka kecenderungan yang ada pada diri kita adalah kecenderungan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Arah gerak, pemikiran, serta hidup kita akan cenderung mengikuti semua yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan sebuah prinsip yang masih sangat general. Tidak jarang kita temukan suatu permasalahan yang seakan kita tidak menemukan solusinya didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kenapa bisa demikian? Karena kita belum mampu mengali lebih jauh mengenai informasi-informasi khusus yang terkandung didalamnya.

Maka marilah kita membuat prinsip dalam berkeyakinan untuk selalu meningkatkan pengetahuan kita. Semoga Allah SWT memberkahi kita semua. Amin.

1 comment:

  1. Thank's atas motifasinya,. Sangat berguna bagi saya,...

    ReplyDelete