Sampai hari ini tidak ada lagi
saya lihat tikus berkeliaran didalam kamar saya. Rasanya aman tanpa ada rasa
khawatir tiba-tiba ada tikus sedang duduk manis ditubuh saya ketika masih lelap
tertidur. Sekarang sudah bisa tidur tenang walaupun sampai siang. Biasanya juga
kesiangan terus. Hehehe
Mau tau nggak kenapa gak ada lagi
tikus yang berkeliaran didalam kamar saya? Mau tau nggak? Serius mau tau? Kasih
tau gak yaa? Mendingan kamu gak usah tau dech. Betulan. Ngeri dah pokoknya.
Kamu pasti gak tahan kalo ku kasih tau gimana ceritanya. Udah jangan maksa gitu
kenapa sih. Iya iya nich ku certain. Tapi harus janji lho, mau gak janji?
Beliin bombom. Lho…??? Apaan sih. Wkwkwk
Tau nggak, sebenarnya tikus-tikus
sudah gak berani lagi berkeliaran dikamar saya karena tikus-tikus itu sudah
saya BUNUH. Kalo di film-film, kata-kata seperti ini pasti di iringi dengan
suara petir yang mengelegar, suara anjing mengongong, suara burung hantu, terus
ada suara kaca pecah, dan gak ketinggalan suara sundel bolong lagi ketawa. Lho
kok ngarahnya ke film sundel bolong sih. Woy ini cerita pembunuhan tikus.
Jadi ceritanya seperti ini.
sepertinya bangunan kos yang saya tempati makin hari makin berubah posisinya.
Posisi bangunan dibagian belakang sepertinya agak turun dari semula yang
berdampak pada renggangnya bagian bawah pintu kamar saya, sebaliknya dibagian
atas pintu kamar semakin rapat sehingga makin susah untuk menutup pintu.
Ternyata renggangnya pintu kamar itu dimanfaatkan oleh tikus untuk bisa keluar
masuk kamar saya. Saya tentunya marah dan geram donk jadinya. Masa’ keluar
masuk kamar orang seenaknya saja, gak ngetuk pintu, gak ngucap salam, emank lu
siapa hah? (waduh saking emosinya sampai lupa saya kalo yang sedang diceritain
ini tikus).
Sebenarnya sudah lama saya
biarkan tikus itu keluar masuk kamar sesukanya karena saya berpikir dia tidak
mengganggu saya juga walaupun agak sedikit risih mendengar suara kresek-kresek
dibawah meja. Sampai pada suatu ketika dia berjalan diatas kasur saya, itu
membuat saya replex mengambil kemoceng dan mengejarnya sambil memukul dengan
kemoceng, namun sayang pukulan saya meleset pemirsa. Dari peristiwa ini saya
sudah terpikir untuk menutup jalan masuk tikus kedalam kamar saya.
Keset satu-satunya yang saya
punya yang saya anggap pas untuk menutup jalan masuk tikus tersebut. Tapi
menutup dengan keset terasa sangat merepotkan karena ketika keluar mau ke WC
harus menjauhkan keset dari pintu baru pintu bisa dibuka. Kebiasaan lupa plus
malas akhirnya keset tidak dipasang untuk nutupin akses masuk tikus, dan
akhirnya dia bisa dengan santainya masuk kedalam kamar, dengan dagu terangkat,
dada membusung, sambil memegang cerutu, dengan sombongnya dia lewat didepan
mata saya. (kaya film Tom And Jerry aja).
Saya berpikir bahwa tikus hanya
akan masuk kedalam kamar saya ketika malam saja, tapi saya salah. Pagi itu
setelah saya mandi, eh sekonyong-konyong dia masuk kedalam kamar. Awas kamu ya
(sayang bilang dalam hati). Jalur masuknya langsung saya tutup dengan keset, meja
printer tempat tikus itu sering nongkrong saya tarik sehingga renggang dari
dinding, kemoceng saya pegang, dan tempat sampah saya siapkan untuk
mengurungnya. Dan aksi dimulai.
Kepungan pertama tikus itu diburu
dengan memukul-mukulkan kemoceng kebawah meja sehingga tikus bisa keluar
ketempat yang agak terbuka supaya bisa ditangkap dengan menelungkupkan tempat
sampah. Tapi sayang ini gagal, sang tikus terus berlari menuju meja TV.
Kepungan kedua dilakukan dengan cara yang sama, dan hasilnya juga sama, gagal,
dia kembali berlari kebawah meja printer. Dengan semangat pantang menyerah
kepungan ketiga dimulai. Kemoceng dipukul-pukulkan kebawah meja, tikus berlari
menuju pintu dan berusaha untuk keluar. Tempat sampah sudah siap-siap untuk
menyergap dan hap, akhirnya tikus itu tertangkap dan terkurung ditempat sampah
yang di telungkupkan.
Ternyata tikus ini mempunyai
sifat pantang menyerah juga (ini asumsi saya aja) karena dia dengan gigih
mengigiti tempat sampah yang terbuat dari plastic itu. Saya pun sambil memperhatikan
bagaimana tikus itu mengigiti tempat sampah sampai sedikit demi sedikit dia
bisa memotong plastic itu dengan giginya. Khawatir kalau si tikus ini bisa
lolos, saya menggerak-gerakkan tempat sampat itu sehingga ekor si tikus
terjepit. Dalam kondisi kesakitan karena ekornya dijepit, dia tetap mengigiti
plastic untuk membuat lubang agar bisa meloloskan diri dari perangkap.
Setelah sekitar 10 menit si tikus
kelihatannya sudah capek dan saya pun merenggangkan pegangan dari tempat sampah
itu. Tapi secara mengagetkan tikus itu mendobrak keluar dan saya langsung
menekan tempat sampah itu sehingga leher si tikus terjepit. Dengan rasa sedikit
geli, saya terus menjepit lehernya sehingga dia kehabisan napas. Saya terus
menekan tempat sampah itu untuk menekan lehernya, dan kali ini sudah bisa
dipastikan kalau si tikus sudah mati. Mau tidak mau, suka atau tidak suka,
tragedy ini sudah masuk kedalam catatan sejarah bahwa didalam kamar saya telah
terjadi pembunuhan berencana yang telah mengakibatkan meninggalnya seekor tikus
yang tak berdosa. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un.
Mungkin roh si tikus yang sudah
mati itu telah mendatangi temannya didalam mimpi dan bercerita banyak tentang
peristiwa tragis yang telah dia alami. Keesokan harinya, tiba-tiba ada lagi tikus
masuk kedalam kamar. Pagi itu setelah saya mandi dan bersiap-siap untuk mencari
nafkah, sekoyong-koyong tikus masuk dan langsung bersembunyi dibawah meja
printer. “wah, sepertinya si tikus yang sudah mati itu tidak memberikan
peringatan kepada temannya itu bahwa betapa berbahayanya kalau masuk kedalam
kamar saya” gerutu saya dalam hati. Teknik penangkapan seperti yang terdahulu
pun telah saya siapkan, dan happp…..tikus pun tertangkap kembali.
Si tikus yang satu ini terlihat
sangat takut sekali. Teriakannya begitu histeris. Bagaimana tidak, dia telah
tertangkap oleh seorang raksasa yang sudah siap untuk menghabisi nyawanya. Dia
melompat-lompat mencari celah untuk melarikan diri dari kurungan keranjang
sampah yang saya punya, dan dia pun menemukan sebuah lubang kecil yang muat
untuk dirinya. Namun begitu kepalanya keluar, saya langsung memukul kepala si
tikus dengan sejadi-jadinya sehingga kepalanya bocor dan mengeluarkan darah,
tak lama kemudian dia pun menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggalkan kita
semua untuk selama-lamanya.
Sudah 2 ekor tikus telah masuk
kedalam catatan sejarah yang mati didalam kamar saya. Saya sudah bisa merasa
aman sekarang tanpa ada rasa was-was mendengar suara kresek-kresek dan bisa
focus untuk membaca dan menulis seperti yang saya lakuin sekarang ini, lagi
nulis nich. Serius. (sok banget dech, sumpah). Tapi ternyata perkiraan saya
salah. Ada lagi tikus masuk kedalam kamar. Wah, gaswat. Beruntungnya si tikus
yang ketiga ini tidak bertahan lama didalam kamar, dia langsung keluar.
Sempat saya berpikir untuk
membuat sesuatu yang bisa menghalangi tikus masuk kedalam kamar saya. Saya
berpikir untuk membentangkan 2 jalur kabel telanjang yang tersambung dengan
listrik PLN dan diberikan sebuah converter untuk mengatur tekanan dan arus
listrik yang keluar. Kalau daya listrik PLN yang mempunyai tekanan 220v terkena
ke tubuh tikus, apa gak langsung kering tubuhnya tu. Namun apalah daya, ibarat
peribahasa mengatakan bahwa “hasrat hati ingin memeluk gunung, namun apalah
daya tangan tak sampai”, itulah yang saya alami, saya tidak memiliki kemampuan
dalam manipulasi rangkaian listrik untuk membuat converter sendiri.
Tanpa sempat saya membuat sebuah
jebakan listrik untuk si tikus (memang gak dibikin), tikus masuk lagi kedalam
kamar saya, dan saya pun melakukan tindakan penyergapan kembali. Caranya sama
persis dengan yang pertama dan yang kedua. Keranjang sampah saya sempat hampir
remuk karena saya melakukan tekanan yang sangat kuat, namun si tikus belum
tertangkap. Setelah itu saya mengganti keranjang sampah. Saya memang punya
keranjang sampah sebanyak 3 buah. Dengan keranjang yang lainnya saya melakukan
aksi penangkapan kembali, dan tak lama si tikus pun tertangkap. Tanpa banyak
macam-macam saya menjepit lehernya dengan sepotong balok sehingga dia tidak
bisa bernafas dan akhirnya mati.
Sampai saat ini sudah 3 ekor
tikus yang telah dibunuh dengan cara yang sama yaitu mati didalam keranjang
sampah. Untuk selanjutnya saya tidak akan membiarkan tikus masuk kedalam kamar
saya dengan seenaknya. Pokoknya kalau berani masuk kamar maka tidak akan bisa
keluar kamar secara hidup-hidup. Masuk kedalam kamar saya akan menjadi jalan
termudah bagi tikus untuk mati.
No comments:
Post a Comment